Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doktor Baru UGM: Indonesia Tertinggi Kedua Gangguan Penglihatan di Dunia

Kompas.com - 21/01/2022, 14:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali meluluskan doktor baru.

Dia adalah dr. Iwan Soebijantoro, Sp.M(K). Saat mengikuti ujian terbuka Promosi Program Doktor, dr. Iwan menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan prevalensi kebutaan dan gangguan penglihatan tertinggi kedua di dunia setelah Ethiopia.

Bahkan data dari Kemenkes RI tahun 2017 menyebutkan bahwa hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) 2014-2016 melaporkan prevalensi kebutaan di 15 provinsi di Indonesia adalah sebesar 3 persen.

Baca juga: Sejarawan UGM: Nama IKN Nusantara Merujuk Wilayah Ini

"Glaukoma adalah neuropati optik progresif yang disebabkan oleh sejumlah keadaan okular yang merusak saraf optik," ujarnya dikutip dari laman FKKMK UGM, Kamis (20/1/2022).

Karena merusak saraf optik itu, sehingga berdampak pada penurunan fungsi penglihatan. Faktor risiko utama glaukoma adalah peningkatan tekanan intraokular (TIO).

Penyebab utama karena glaukoma

Menurutnya, glaukoma merupakan penyebab terbanyak kedua kehilangan penglihatan secara progresif yang diperkirakan akan diderita oleh 80 juta orang di seluruh dunia pada 2020.

"Penyebab utama glaukoma adalah kerusakan pada aliran keluar cairan aqueous humor (AH) secara konvensional. Dan peningkatan tekanan intraokular merupakan hal yang penting dalam menentukan risiko seseorang terhadap glaukoma," tambahnya.

Dari berbagai hasil penelitian yang ada, dr. Iwan memaparkan adanya perubahan sel endotel kornea yang signifikan pada pasien glaukoma primer sudut tertutup yang ditandai dengan adanya perubahan kuantitatif.

Yakni penurunan kepadatan sel endotel, dan kualitatif atau perubahan morfologi sel, yakni pleomorphism dan polymegathism.

Baca juga: UGM Jadi Kampus Terpopuler di Indonesia Versi 4ICU 2021

Bahkan dirinya juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa mekanisme yang diduga berhubungan dengan kerusakan sel endotel kornea pada glaukoma primer sudut tertutup.

Antara lain kompresi langsung dari tekanan intraokular yang tinggi, trauma langsung akibat iridocorneal touch, dan trauma endotel akibat aqueous flow yang terganggu.

"Tekanan intraokular tinggi dapat menyebabkan kerusakan endotel dan berakibat pada edema kornea, serta gangguan penglihatan akibat penutupan sudut yang akut," katanya.

Tak hanya itu saja, berdasarkan studi-studi yang telah ada, dr. Iwan membuktikan bahwa glaukoma primer sudut tertutup berhubungan dengan densitas sel endotel kornea yang lebih rendah.

Belum diketahui faktor-faktor dalam glaukoma primer sudut tertutup yang berhubungan dengan penurunan densitas dan perubahan morfologi sel endotel kornea.

Namun melalui kajian penelitian ini harapannya mampu mengetahui gambaran morfologi sel endotel kornea, dapat diperkirakan kerusakan yang terjadi pada jaringan trabekulum.

Baca juga: RSA UGM: Begini Metode Pengobatan Varises

Tentu untuk kemudian menilai derajat keparahan glaukoma primer sudut tertutup kronik yang dialami oleh pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com