Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen IPB Ciptakan Garam Peningkat Imunitas dari Rumput Laut

Kompas.com - 14/09/2020, 15:31 WIB
Dian Ihsan,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) University berhasil menciptakan inovasi produk garam dari rumput laut. Dia adalah Professor Nurjanah yang mengajar mahasiswa di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Menurut Nurjanah, ide garam dari rumput laut berawal dari adanya masalah tentang hipertensi sebagai penyakit yang paling banyak diderita masyarakat.

Baca juga: IPB-Kemnaker Tingkatkan Kualitas Petani lewat Tenaga Ahli

Selain itu, terciptanya inovasi garam rumput laut ini karena adanya trend konsumen Indonesia yang beralih memilih healthy lifestyle yang kian meningkat, sehingga menjadikan garam rumput laut ini alternatif untuk mengurangi konsumsi mineral Natrium (Na).

"Terutama bagi pasien hipertensi dengan memanfaatkan mineral lain yang terdapat dalam rumput laut yang dibutuhkan tubuh sebagai prekursor untuk antioksidan endogen (SOD, katalase, dan glutation) termasuk K dan lain sebagainya. Selain itu, garam rumput laut kaya akan senyawa aktif yang sudah diteliti memiliki sifat antioksidan," kata Nurjanah dalam keterangannya, melansir laman IPB, Sabtu (12/9/2020).

Meningkatkan imunitas

Hasil penelitian lainnya, rumput laut juga memiliki zat aktif yang berfungsi sebagai antimikroba, antiinflamasi, antitumor, antikanker, antihipertensi yang sangat menguntungkan.

"Maka dari itu, garam rumput laut yang dihasilkan, selain memberi citarasa asin dan aroma nori, masih memiliki serat yang dapat meningkatkan imunitas tubuh," tutur dia.

Dia mengaku, garam rumput laut ini termasuk kategori garam diet sehingga berbeda dengan garam konsumsi, dari segi manfaat dan kandungan. Selain itu dapat juga digunakan sebagai pangan fungsional, karena komposisinya.

"Beda garam diet ini terutama pada kadar NaCl yang rendah yaitu kurang dari 60 persen dan dengan rasio Na:K mendekati atau 0,3-1," jelas dia.

Memang, lanjut dia, harga dari garam rumput laut memang agak lebih mahal dibandingkan garam rendah natrium lainnya. Hal ini disebabkan karena garam rumput laut diproduksi dengan skala laboratorium.

"Jika bisa diterapkan dengan teknologi yang lebih efisien dengan skala industri, harganya mestinya bisa lebih murah," ungkap dia.

Tahap pengujian biologis

Dia menambahkan, inovasi garam rumput laut ini masih dalam tahap pengembangan untuk pengujian biologis secara in vivo, sehingga pemasaran secara skala besar belum dilakukan.

Bagi industri yang ingin mengembangkan garam ini, dari segi legalisasi mungkin harus memenuhi pengurusan BPOM dan label halal. Selain itu, adanya perjanjian kontrak antara perusahaan dan investor.

Baca juga: IPB Diminta Kembangkan Singkong dan Sagu di Lahan 32 Ribu Hektar

"Dari inovasi ini saya berharap dapat menghasilkan garam rumput laut tropika dalam skala industri yang memenuhi standar kesehatan dan berbadan hukum yang sekaligus berfungsi sebagai pangan fungsional yang dapat meningkatkan imunitas tubuh," tutup Nurjanah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com