Dokter hingga petugas berwenang yang menanganinya memberikan keterangan serupa. Para korban terindikasi mengalami keracunan gas. Kuat disinyalir, emisi karbon masuk ke kabin melalui mekanisme pendinginan udara.
Sistem pengondisian udara ditujukan untuk memberikan kenyamanan bagi orang yang berada di dalam ruangan. Untuk mendapatkan kondisi ini, suhu dan kelembapan udara diatur sedemikian rupa.
Awalnya AC digunakan di gedung perkantoran untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dalam perkembangannya, AC diperuntukkan juga untuk kenyamanan pribadi seperti hunian hingga kendaraan.
Dilansir dari laman resmi salah satu perusahaan otomotif ternama, mekanisme pendinginan kabin mobil melibatkan cairan pendingin (refrigeran) yang bersirkulasi secara tertutup dalam suatu siklus. Di situ, udara dari lingkungan sekitar juga berinteraksi dalam proses pendinginan kabin.
Keseharian masyarakat Indonesia memang lekat dengan mobilitas yang cukup tinggi. Mobil merupakan salah satu moda transportasi yang mendominasi.
Tidak jarang masyarakat rela menghabiskan waktu berjam-jam di kabin mobil untuk menempuh perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya, ataupun aktivitas lainnya seperti berlibur, hingga mudik ke kampung halaman.
Perseroan Jasa Marga bahkan mencatat bahwa di tahun 2024, terkait arus mudik saja volume kendaraan roda 4 yang meninggalkan Jabodetabek melalui pintu tol telah melebihi 1 juta unit.
Tak pelak lagi, kenyamanan menjadi kebutuhan mendesak seiring meningkatnya durasi dan beragamnya aktivitas di kabin mobil.
AC mobil pun menjelma menjadi perangkat yang bukan sekadar harus tersedia, melainkan harus beroperasi dengan baik untuk memberikan kenyamanan dalam perjalanan.
Sayangnya tidak sedikit masyarakat pengguna mobil yang awam terhadap prinsip kerja AC kendaraan ini.
Sebagian besar terlena untuk menyadari bahwa di balik kenyamanan yang tawarkan, ada pula konsekuensi mengintai.
Mengoperasikan AC di kabin mobil yang terparkir dengan kondisi engine on dan kaca tertutup rapat justru meningkatkan risiko keracunan emisi.
Hal ini dikarenakan dalam mekanisme pendinginan kabin mobil, pada umumnya udara segar dari lingkungan sekitar dimanfaatkan untuk suplai udara ke kabin.
Apabila mobil itu dalam posisi engine on, namun tidak melaju, maka emisi yang dihasilkan dan masih berada di lingkungan sekitar mobil akan lebih mudah masuk ke kabin seiring beroperasinya proses pendinginan.
Sementara itu, kaca yang tertutup rapat menyebabkan emisi justru bersirkulasi dan terakumulasi di kabin.