Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Cara Mengetes Refleks Moro pada Bayi, Dokter Anak Ingatkan Hal Ini

Kompas.com - 20/04/2024, 17:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan disertai video yang menyebut bahwa bayi memiliki refleks moro, viral di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun X (sebelumnya Twitter) @Heraloebss pada Jumat (19/4/2024).

Dalam video, terdapat seorang bayi yang sedang dites refleks moronya oleh seorang wanita dengan menghentakkan beberapa barang di alas tidur bayi yang sedang tidur.

Saat barang tersebut dihentakkan, bayi yang sedang telentang tersebut terlihat kaget dan menjulurkan kedua tangannya ke atas.

Baca juga: Ramai soal Unggahan Bayi Meninggal Usai Diberi Makan Pisang, Dokter: Minimal Usia 6 Bulan

Pengunggah menyebut, wanita yang menghentakkan barang tersebut tengah mengetes refleks moro sang bayi.

Tes Moro Refleks Dengan Nuansa Kearifan Lokal,” bunyi keterangan dalam unggahan.

Ia mengungkapkan, refleks moro atau disebut sebagai refleks kejut ini adalah reaksi normal terhadap rangsangan yang diterima bayi.

Pengunggah juga menyebut, bayi akan merentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap ke atas ketika terkejut.

Hingga Sabtu (20/4/2024), unggahan tersebut sudah dilihat dari 383.300 kali dan disukai  750 akun.

Lantas, apa itu refleks moro? Dan amankah mengetesnya dengan cara seperti itu?

Baca juga: Kisah Lord, Bayi 4 Bulan yang Selamat Setelah Tersapu Angin Tornado, Ditemukan di Pohon Tumbang

Penjelasan dokter

Dokter spesialis anak RS UNS Surakarta, Aisya Fikritama membenarkan bahwa bayi akan mengalami refleks moro. Biasanya, perilaku yang seperti ada di video terjadi di masyarakat Jawa.

“Bayi itu terjadi refleks moro, atau orang bilang refleks kagetan. Ini adalah refleks primitif atau bawaan sejak bayi lahir. (Ditandai dengan) tangannya ke atas seperti orang kaget,” ujar Aisya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Ia menuturkan, refleks moro ini terjadi karena saraf adrenalin bayi terpicu ketika ada suara dan gerakan di sekitarnya.

Bahkan, menurutnya, bayi juga bisa kaget atau terkejut karena gerakan yang ia buat sendiri.

Refleks moro ini secara normal akan hilang sendirinya di usia 2-3 bulan,” tuturnya.

Adapun refleks moro ini menandakan bahwa sang bayi memiliki pendengaran dan perkembangan otak yang baik dan sehat.

Baca juga: Ketahui Menu Mencegah Stunting untuk Ibu Hamil, Bayi, dan Anak

Jangan dihentakkan dengan keras dan mendadak

Meski begitu, menurutnya, perilaku seseorang yang menghentakkan barang dan menghasilkan suara keras untuk mengetes refleks moro pada bayi adalah salah.

“Di mana seorang bayi baru lahir digebrak-gebrak, tujuannya mungkin agar tidak kaget,” ucapnya.

“Sebetulnya ritual ini hampir tidak ada manfaatnya, untuk apa? Mitos jadinya ya,” lanjutnya.

Pasalnya, hal tersebut justru bisa menyebabkan sejumlah dampak buruk yang terjadi pada bayi secara permanen.

Cara menghindari refleks moro berlebihan adalah dengan menggendong bayi saat tidur atau mengangkatnya secara perlahan.

“Tidak tiba-tiba atau terburu-buru. Tidak melakukan hentakan atau suara yang keras, terutama ketika bayi sedang tidur,” tuturnya.

Baca juga: Bayi di Ohio Meninggal Usai Ditinggal Berlibur 10 Hari, Ibunya Dipenjara Seumur Hidup

Bisa sebabkan shaken baby syndrome

Ia menyampaikan, perilaku seperti yang ada di unggahan video tersebut dapat menyebabkan bayi mengalami shaken baby syndrome yang bisa berupa pendarahan di otak.

Shaken baby syndrome ini terjadi karena bayi masih memiliki otak yang sangat lunak, pembuluh darah tipis, dan otot leher lemah.

Hal tersebut, kata dia, kemudian dapat menyebabkan sejumlah dampak lain yang sangat parah.

Shaken baby syndrome bisa menyebabkan kematian mendadak atau cacat seumur hidup,” pungkasnya.

Baca juga: Wanita 19 Tahun di Inggris Tak Sadar Sedang Hamil, Mendadak Kaki Bayi Keluar dari Rahim

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com