Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran Ketupat 2024: Asal-usul dan Makna

Kompas.com - 17/04/2024, 17:15 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah hari raya Idul Fitri, umat Islam di beberapa daerah biasanya akan merayakan lebaran ketupat.

Lebaran ketupa ini dilakukan sepekan setelah Idul Fitri atau tepatnya memasuki 8 Syawal dalam kalender Hijriah.

Diketahui, Idul Fitri 1445 H jatuh pada Rabu (10/4/2024), sehingga lebaran ketupat 2024 dirayakan mulai hari ini, Rabu (17/4/2024).

Lantas, apa itu lebaran ketupat?

Baca juga: Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2024 dan Keutamaannya

Asal-usul lebaran ketupat

Dikutip dari Kompaspedia, Rabu (10/4/2024), lebaran ketupat pertama kali dikenalkan oleh Sunan Kalijaga.

Saat itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah "bakda" kepada masyarakat Jawa, yakni "bakda lebaran" dan "bakda kupat".

"Bakda lebaran" ditandai dengan pelaksanaan shalat Idul Fitri pada 1 Syawal hingga tradisi saling berkunjung dan memaafkan.

Sementara "bakda kupat" dimulai sepekan setelah lebaran. Ini dilakukan setelah umat Islam menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari.

Baca juga: Cara Masak Ketupat dalam 30 Menit, Hemat Gas dan Tidak Mudah Basi

Diketahui, puasa Syawal 6 hari merupakan salah satu kesunahan atau anjuran Nabi Muhammad SAW.

Seperti namanya, masyarakat muslim Jawa pada hari itu umumnya membuat ketupat, yaitu jenis makanan yang dibuat dari beras dan dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) berbentuk kantong, kemudian dimasak.

Ketupat itu nantinya diantarkan ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua, sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, terdapat aneka macam bentuk ketupat yang dimiliki tiap-tiap daerah yang juga memiliki arti dan maksud tersendiri.

Baca juga: 6 Suplemen untuk Menurunkan Berat Badan Usai Lebaran, Apa Saja?

Makna lebaran ketupat

Ilustrasi ketupat beras untuk Lebaran.Shutterstock/Niny2405 Ilustrasi ketupat beras untuk Lebaran.

Dilansir dari Kompas.com (30/5/2020), "ketupat" atau “kupat” berasal dari istilah bahasa Jawa, yakni “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) dan “laku papat” (empat tindakan).

Pada prosesi ngaku lepat, biasanya dilaksanakan dengan tradisi sungkeman, yakni seorang anak bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orangtua.

Tradisi tersebut memiliki arti untuk memahami pentingnya menghormati orangtua, tidak angkuh, dan tidak sombong kepada mereka.

Tak hanya itu, seorang anak juga diharapkan senantiasa mengharapkan restu dan bimbingan orangtua.

Selain sungkeman kepada orangtua, prosesi ngaku lepat juga dilakukan dengan memohon maaf kepada tetangga dan kerabat sekitar.

Karenanya, ketupat menjadi simbol permintaan maaf bagi masyarakat Jawa.

Baca juga: Uang Pecahan Kecil Palsu Banyak Beredar Setelah Lebaran, BI Jelaskan Bedanya

Tak heran, ketika seseorang datang ke rumah saat lebaran, akan disuguhi ketupat dan diminta memakannya.

Saat ketupat tersebut dimakan, pintu maaf secara otomatis telah dibuka dan segala salah atau khilaf terhapus.

Adapun istilah laku papat mengartikannya dengan lebaran, luberan, leburan, dan laburan, berikut penjelasannya:

  • Lebaran berarti akhir dan usai yang menandakan berakhirnya bulan Ramadhan dan menyongsong kemenangan.
  • Luberan berarti meluber atau melimpah. Pesan moralnya, budaya berbagi satu sama lain dengan bersedekah, zakat, dan infak.
  • Leburan berarti habis dan melebur. Momen saling melebur dosa dengan saling memaafkan satu sama lain.
  • Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat padat berwarna putih dan bisa menjernihkan zat cair yang berarti kejernihan hati seseorang.

Dengan begitu, lebaran ketupat diyakini merupakan tuntunan yang luhur untuk menjadi pribadi lebih baik.

(Sumber: Kompas.com/Yefta Christopherus Asia Sanjaya, Ari Welianto | Editor: Rizal Setyo Nugroho)

Baca juga: Ramai soal Seragam Sekolah Ganti Setelah Lebaran 2024, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com