Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Sering Pakai Headset Bisa Bikin Tuli? Ini Kata Dokter THT

Kompas.com - 16/04/2024, 08:30 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan foto yang menyebutkan seseorang menjadi tuli karena sering memakai headset, ramai dibicarakan di media sosial.

Foto tersebut diunggah oleh akun Instagram @cloudmusicgrams pada Jumat (12/4/2024).

Dalam foto tersebut, tampak pengunggah menuliskan keluhannya setelah menjadi tunarungu usai memakai headset.

“Hati-hati yang suka pakai headset/tws dan saudara2 nya,” tulis pengunggah.

“Boleh ngeluh ga si, umur 29 tahun ditimpah musibah jadi tuna rungu gara2 hendset. Ntah itu karir, cinta, masa depan berasa makin lebih berat dijalani,” tulis keterangan dalam unggahan.

Dalam komentar lainnya pengunggah mengaku, dirinya menjadi tuli karena mendengarkan menggunakan headset dalam volume tinggi hingga ketiduran. 

"Paginya dah kek ketutup. Udah priksa ke dokter katanya sarafnya udah rusak, pke alat bantu udah gak bisa," tulis pengunggah akun Sondel Bae di Facebook. 

Baca juga: Kisah Helen Keller Bisa Menerbangkan Pesawat padahal Buta, Tuli, dan Bisu


Penjelasan dokter

Terkait unggahan tersebut, dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Tri Juda Airlangga memberikan pendapatnya. 

Airlangga mengatakan, terlalu lama menggunakan headset menurutnya dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Pihaknya menjelaskan, sesuai dengan keputusan dari Kementerian Kesehatan, batas aman memakai headset sebesar 85 desibel selama 8 jam.

Meskipun demikian, batas tersebut tidak dapat berlaku secara konstan karena saat mendengarkan musik terkadang ukurannya dapat berbeda-beda.

Ketika intensitas suara naik menjadi 88 desibel, kekuatan telinga untuk mendengarkan akan turun sebanyak 50 persen.

“Jadi semisal batas maksimalnya 85 desibel 8 jam, ketika naik tiga derajat menjadi 88 desibel akan berkurang menjadi 4 jam. Naik lagi menjadi 91 desibel, ketahanan telinga turun lagi menjadi hanya 2 jam,” ungkap Angga saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/4/2024).

Di sisi lain, dia juga menjelaskan, ponsel yang ada di Indonesia memiliki intensitas suara 80-82 desibel pada volume 70 persen tanpa menggunakan headset.

Selain itu, masyarakat juga terbiasa untuk mendengarkan suara yang cukup keras dari headset karena akan lebih terasa menyenangkan.

Baca juga: Mengenal Bahasa Isyarat untuk Komunikasi dengan Teman Tuli di Indonesia

Halaman:

Terkini Lainnya

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com