Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu di Antarktika Naik 40 Derajat Celsius di Atas Rata-rata, Ini Penyebab dan Dampaknya

Kompas.com - 09/04/2024, 10:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Benua Antarktika pernah dilanda gelombang panas luar biasa yang memicu kenaikan suhu hingga 40 derajat Celsius di atas rata-rata suhu musiman pada Maret 2022.

Para peneliti mengungkapkan, peristiwa tersebut merupakan lonjakan tertinggi di atas rata-rata suhu musiman yang pernah tercatat di Antarktika.

Meskipun tampak seperti anomali, namun kenaikan suhu di Antarktika tersebut kemungkinan besar merupakan pertanda apa yang akan terjadi pada Bumi di masa depan, dikutip dari IFL Science, Senin (8/4/2024).

Lonjakan panas ini tercatat di stasiun penelitian Concordia-Dome C yang berada jauh di dalam Antarktika Timur pada 18 Maret 2022, tetapi angka-angka tersebut baru terungkap dalam sebuah penelitian awal tahun ini.

Baca juga: BMKG Prediksi Suhu 2024 Akan Lebih Hangat, Potensi Gelombang Panas?

Suhu rata-rata di Antarktika

Studi yang diterbitkan dalam Jurnal Iklim American Meteorological Society menyatakan, suhu rata-rata tahunan di Concordia adalah sekitar -55 derajat Celsius.

Meskipun demikian, suhunya terkadang bervariasi antara -30 derajat Celsius pada musim panas dan -80 derajat Celsius pada musim dingin.

Bulan Maret adalah bulan transisi menuju musim dingin Antarktika, dengan suhu rata-rata harian umumnya berkisar -50 derajat Celsius.

Pada suatu hari di akhir musim panas Maret 2022, stasiun terpencil tersebut mencatat rekor suhu sepanjang masa sebesar -9,4 derajat Celsius, atau sekitar 40 derajat Celsius lebih tinggi dari rata-rata suhu musiman.

Selain itu, cakupan gelombang panas yang terjadi di Antarktika juga sangat luas.

Para peneliti memperkirakan bahwa area seluas 3,3 juta kilometer persegi (1,21 mil persegi) di Antarktika Timur juga melampaui rekor suhu bulanan dibanding Maret sebelumnya pada tahun 2022.

Suhu yang relatif sejuk menyebabkan sejumlah besar es mencair di sekitar Antarktika.

Di sisi lain, daerah pesisir menyaksikan pencairan permukaan yang meluas, yang berkontribusi pada rekor luas es laut yang paling rendah.

Baca juga: 16 Orang di Korsel Meninggal Dunia akibat Gelombang Panas

Penyebab gelombang panas di Antarktika

Gelombang panas yang terjadi di Antarktika tersebut karena adanya aktivitas siklon tropis dahsyat di Samudra Hindia yang membuang udara yang relatif hangat dan lembap ke bagian dalam Antarktika.

Selain itu, intrusi sungai atmosfer juga menyelimuti dataran tinggi Antarktika Timur dengan lapisan awan yang tebal, yang memerangkap panas di atmosfer yang lebih rendah.

"Anomali suhu tinggi yang mengejutkan ini tidak dapat dipisahkan dari perubahan iklim yang lebih luas yang dihadapi planet kita," kata para peneliti, dilansir dari IFL Science.

Halaman:

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com