Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pasien Kanker yang Tak Diperbolehkan Meninggalkan Gaza untuk Berobat, Berkali-kali Gagal Menembus Rafah

Kompas.com - 15/03/2024, 15:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Ia didiagnosa menderita kanker payudara tiga tahun yang lalu dan telah menjalani perawatan di Yerusalem sebelum 7 Oktober 2023.

Nama Mona masuk dalam daftar evakuasi yang sama dengan Siham pada 19 November 2023. Ia diizinkan untuk menyeberangi perbatasan ke Mesir dan naik pesawat ke Ankara, Turkiye, bersama lebih dari 130 orang lainnya.

Mona bahkan diizinkan untuk membawa kedua putrinya yang masih kecil, meskipun setiap pasien secara resmi hanya diperbolehkan membawa satu orang pendamping.

Meski demikian, otoritas perbatasan Palestina di Gaza tidak menanggapi tentang mengapa Siham tidak diberi izin untuk pergi.

Baca juga: Kala Raja Yordania Serukan Pengiriman Bantuan ke Gaza Melalui Udara…

Ada banyak pasien yang ditolak menyeberang

Selain Siham, ada dua pasien kanker lainnya yang juga ditolak di perbatasan meskipun nama mereka ada dalam daftar evakuasi.

Salah satu dari mereka, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa ia juga seharusnya berangkat pada 19 November 2023. Namun ia ditolak karena pendampingnya adalah putranya yang masih kecil.

Dia mengatakan otoritas perbatasan Palestina lebih memilih pendamping perempuan untuk para pengungsi, untuk mengurangi kemungkinan mereka yang pergi adalah pejuang Hamas.

Seorang pasien lain, yang seharusnya dievakuasi ke UEA untuk menjalani perawatan pada Desember 2023, diberitahu di perbatasan bahwa petugas tidak dapat menemukan namanya.

Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza, Dr Sobhi Skaik mengatakan, dari sekitar 10.000 pasien kanker di Gaza, ada sekitar 3.800 pasien yang telah diberi izin untuk meninggalkan Gaza untuk berobat ke luar negeri.

Akan tetapi pada kenyataannya, hanya sekitar 600 pasien yang bisa meninggalkan jalur Gaza sejak dimulainya perang, baik orang dewasa maupun anak-anak.

Baca juga: Siapa Itu Motaz Azaiza, Jurnalis Palestina yang Akhirnya Keluar dari Gaza

Bagaimana proses evakuasi berjalan?

Proses evakuasi warga Palestina yang membutuhkan pengobatan diproses berdasarkan pasien yang membutuhkan perawatan medis paling mendesak ke kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.

Nama-nama tersebut kemudian dikirim ke pihak berwenang Mesir yang kemudian melakukan pemeriksaan keamanan.

Setelah Mesir menyetujui, daftar itu kemudian diperiksa oleh pihak berwenang Israel yang juga harus menyetujui nama-nama tersebut.

Ketika daftar akhir disetujui, daftar tersebut akan dibagikan kepada negara-negara yang telah menyatakan bersedia menerima pasien dan dipublikasikan secara online. Setiap kelompok pasien disetujui untuk melakukan perjalanan pada tanggal tertentu.

Namun, apakah seorang pasien pada akhirnya diizinkan untuk pergi dan melintas, tergantung pada kebijaksanaan otoritas perbatasan Palestina.

Halaman:

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com