Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Program Makan Siang Gratis di India, Anggaran, Skema, dan Dampaknya

Kompas.com - 03/03/2024, 19:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Skema makan siang atau mid-day meal scheme adalah program makan siang di India untuk anak-anak sekolah dengan tujuan meningkatkan status gizi.

Berganti nama menjadi PM Poshan Shakti Nirman atau PM Poshan, program nasional ini menyediakan makan siang gratis bagi anak-anak di sekolah negeri maupun sekolah bantuan pemerintah India.

Dilansir dari BBC, skema makan siang di negara ini pertama kali dimulai di kota selatan Chennai pada 1925.

Skema makan siang anak sekolah pun menjamin hasil gizi yang positif dengan menghilangkan kelaparan dan kekurangan gizi.

Tak hanya itu, cara ini turut menjaga anak-anak, terutama anak perempuan dan mereka yang berasal dari latar belakang kurang beruntung untuk tetap bersekolah.

"Saya pernah melihat anak-anak melahap makanan panas dalam sekejap," kata Bishow Parajuli, pemimpin Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di India.

"Dampak yang mereka timbulkan terhadap rasa lapar, kewaspadaan, dan potensi pembelajaran mereka tidak dapat dilebih-lebihkan," imbuhnya.

Baca juga: Menilik Program Makan Siang Sekolah di Jepang yang Dirintis sejak 1889


Beda makan siang sekolah India dan negara lain

Parajuli menyampaikan, hal yang membedakan program makan siang di India dengan negara-negara lain adalah pengaturannya dalam Undang-Undang Ketahanan Pangan.

"Undang-undang ini mewajibkan anak-anak diberi makan sebagai bagian dari lingkungan sekolah," kata Parajuli.

Berdasarkan undang-undang tersebut, pemerintah India tidak hanya menyisihkan dana untuk program, tetapi juga memastikan dana tersebut digunakan untuk memberi makan anak-anak.

Dengan kata lain, anak-anak akan mendapat makan, keluarga memperoleh bantuan ekonomi, sedangkan pemerintah dapat mencapai hasil positif dalam perkembangan anak.

Pemerintah India kemudian secara resmi meluncurkan Program Nasional Dukungan Gizi untuk Pendidikan Dasar (National Programme of Nutritional Support to Primary Education) pada 15 Agustus 1995.

Kala itu, pemerintah berharap dapat meningkatkan partisipasi, kehadiran, sekaligus tingkat gizi di kalangan anak-anak.

Dikutip dari Kementerian Pendidikan India, Mahkamah Konstitusi India pada 2001 memberikan mandat kepada siapa pun perdana menteri dan gubernur untuk menjalankan program ini.

Putusan tersebut mengharuskan setiap anak di setiap sekolah dasar pemerintah dan bantuan pemerintah diberi makan siang dengan kandungan energi minimal 300 kalori dan protein 8-12 gram per hari selama minimal 200 hari.

Baca juga: Program Makan Siang Gratis Akan Masuk APBN 2025, Dibahas di Sidang Kabinet Jokowi

Anggaran dan nilai gizi makan siang gratis di India

Ilustrasi warga India.Photo by pavan gupta on Unsplash Ilustrasi warga India.

Pada September 2004, skema kemudian ditambah dengan menyediakan bantuan biaya memasak yang dihitung sebesar 1 rupee India (Rp 189,5) per anak per hari sekolah.

Bantuan tersebut untuk menutupi biaya bahan baku makanan seperti kacang-kacangan, minyak goreng sayur, bumbu, bahan bakar, serta imbalan yang harus dibayarkan kepada pihak yang bertanggung jawab dalam memasak.

Pada Juli 2006, skema makan siang direvisi lebih lanjut, sehingga biaya memasak menjadi 1,80 rupee India (Rp 341,16) per anak per hari sekolah untuk negara bagian di wilayah timur laut.

Sementara itu, biaya memasak menjadi 1,50 rupee India (Rp 284,30) per anak per hari sekolah diberikan khusus negara bagian lain.

Di sisi lain, aturan nilai gizi juga diubah menjadi harus mengandung 450 kalori dan 12 gram protein per sajian makan siang.

Bahkan, pada Oktober 2007, skema makan siang diperluas hingga mencakup anak-anak kelas akhir sekolah dasar.

Nama Program Nasional Dukungan Gizi untuk Pendidikan Dasar pun diubah menjadi Program Nasional Makan Tengah Hari di Sekolah (National Programme of Mid Day Meal in Schools) dengan nilai gizi sebesar 700 kalori dan 20 gram protein khusus anak sekolah dasar.

Baca juga: Makan Siang Gratis Dianggarkan Rp 15.000 per Orang, Mungkinkah Bisa Mendapatkan Menu Bergizi?

Berdampak baik bagi keturunan

Program pemberian makanan di sekolah-sekolah India tidak hanya bermanfaat bagi penerimanya, tetapi juga keturunannya.

Dikutip dari Kompas.id, Minggu (7/1/2024), data nasional dari 1993 hingga 2016 menunjukkan dampak program mid-day meal ke ratusan ibu serta anak-anaknya.

Indikator utama yang dicek adalah skor tinggi-umur atau height-for-age z-score (HAZ). Semakin tinggi HAZ menandakan pertumbuhan yang lebih baik.

Hasilnya, skor tinggi-umur anak-anak yang lahir dari ibu penerima program makan siang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang lahir dari ibu yang dulu tidak ikut program ini.

Program makan tengah hari terpantau berkontribusi terhadap 13-32 persen peningkatan HAZ di India dari 2006 hingga 2016.

Oleh karenanya, skema makan siang ini tidak hanya bermanfaat bagi yang menerima makan siang, tetapi juga anak mereka di kemudian hari atau disebut manfaat intergenerasional.

Selain itu, mid-day meal scheme juga memberikan perbaikan signifikan terhadap tingkat stunting dan melek huruf di India.

Baca juga: Begini Strategi Prabowo-Gibran Wujudkan Program Makan Siang Gratis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com