Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Olahraga Saat Kurang Tidur Bisa Menyebabkan Stroke?

Kompas.com - 03/03/2024, 18:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.comTransient ischemic attack (TIA) atau stroke ringan bisa disebabkan karena berbagai faktor, mulai dari pola makan sampai gaya hidup seperti berolahraga saat tubuh kurang tidur.

TIA atau stroke ringan adalah gejala singkat yang menyerupai penyakit stroke. Hal tersebut bisa disebabkan karena penyumbatan singkat aliran darah ke otak.

Gejala stroke ringan itu umumnya hanya berlangsung beberapa menit saja dan tidak menyebabkan kerusakan panjang.

Namun, gejala ini bisa menjadi peringatan karena mereka yang mengalami TIA pada akhirnya akan stroke. Umumnya stroke terjadi satu tahun setelah gejala TIA muncul.

Lantas, benarkah olahraga saat kurang tidur bisa memicu stroke ringan?

Baca juga: 7 Jenis Ikan Berlemak, Bantu Cegah Penyakit Jantung dan Stroke

Penjelasan ahli

Praktisi Kesehatan Tidur dan Konsultan Utama Snoring & Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Andreas Prasadja mengatakan, berolahraga saat kurang tidur bisa memicu terjadinya gejala stroke ringan.

Hal ini dikarenakan sel-sel inflamasi akan meningkat ketika Anda berolahraga tetapi kurang tidur.

"Stres oksidatif namanya," ungkap Andreas saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/2/2024).

Mengacu pada National Library of Medicine, stres oksidatif adalah fenomena yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh.

Normalnya, sel-sel tubuh akan memproduksi radikal bebas selama proses metabolisme. Namun, sel juga memproduksi antioksidan yang menetralkan radikal bebas ini.

Secara umum, tubuh mampu menjaga keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas.

Selain berolahraga saat kurang tidur, stres oksidatif juga bisa terjadi karena beberapa faktor berikut:

  • Pola makan
  • Gaya hidup
  • Kondisi tertentu
  • Faktor lingkungan seperti polusi dan radiasi.

Respons kekebalan alami tubuh juga dapat memicu stres oksidatif untuk sementara waktu.

Jenis stres oksidatif bisa menyebabkan munculnya peradangan kronik dan penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson.

Untuk menghindari terjadinya stres oksidatif karena berolahraga, Andreas mengimbau supaya tidur dengan waktu yang cukup.

"Idealnya 7-9 jam untuk orang dewasa," ucapnya.

Selain tidur cukup, stres oksidatif juga bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga teratur, berhenti merokok, mengurangi stres, dan menghindari paparan polusi serta bahan kimia.

Baca juga: 5 Efek “Malas Gerak” bagi Kesehatan, Meningkatkan Risiko Stroke dan Serangan Jantung

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com