Sama seperti Edvin, pihaknya juga belum bisa memprediksi apakah La Nina akan terjadi pada 2024.
Namun, terdapat peluang kecil adanya pengaruh iklim dan Samudra Pasifik yang akan berkembang menjadi fenomena La Nina.
La Nina sendiri akan memicu anomali iklim basah di wilayah yang dilaluinya. Fenomena ini berlawanan dengan El Nino.
Baca juga: Puncak Musim Hujan Terjadi Bersamaan dengan El Nino, Apa Dampaknya?
Ilmuwan iklim di National Center for Atmospheric Research, Kevin Trenberth mengatakan, potensi El Nino yang menyebabkan suhu panas di Bumi masih akan berlanjut pada 2024.
"Saya memperkirakan hal ini akan terjadi setidaknya selama 6 bulan pertama di tahun 2024," kata dia, dilansir dari Washington Post, Selasa (2/1/2024).
El Nino saat ini, yang dimulai dari Juni 2023, dianggap kuat dan dapat mencapai puncaknya dalam beberapa minggu yang akan datang.
Hal ini bisa seperti fenomena El Nino kuat yang pernah terjadi pada 2015.
Saat itu, El Nino mencapai puncaknya pada Desember dan berakhir pada Juni 2016. Akibatnya, 2016 menjadi tahun yang mencatat rekor pemanasan global.
Jika pola tersebut berlaku pada tahun ini, maka bisa jadi rekor suhu panas yang telah bertahan selama enam bulan terakhir akan melonjak lebih tinggi pada paruh pertama tahun 2024.
Salah satu alasan mengapa efek pemanasan El Nino cenderung meningkat pada bulan-bulan terakhir adalah karena memanasnya permukaan laut di Pasifik tengah dan timur mempunyai efek domino.
Laut yang menyimpan panas berlebih membutuhkan waktu lebih lama untuk mendingin kembali, bahkan setelah El Nino memudar atau kondisi ENSO netral.
Baca juga: Curah Hujan Diprediksi Akan Berkurang di Akhir Januari 2024, Apa Alasannya?
Masih belum jelas apakah kondisi netral El Nino saat ini akan memudar pada Maret 2024 mendatang dan berganti dengan La Nina. Atau, El Nino yang kembali terjadi.
Di tengah ketidakpastian tersebut, suhu Bumi bakal terus memanas akibat emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil yang mencapai rekor tertinggi di tahun lalu.
Emisi gas rumah kaca itu bakal memerangkap lebih banyak radiasi Matahari, seperti dikutiip dari Kompas.id.
Kombinasi El Nino dengan pemanasan global tersebut berpotensi membawa suhu di permukaan Bumi melampaui ambang batas pemanasan 1,5 derajat celsius secara berkepanjangan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pekan lalu telah mengeluarkan prediksinya pada 2024 yang menyatakan akan terjadi peningkatan bencana iklim, harga pangan yang tinggi, dan cuaca yang lebih ekstrem.
Laporan itu memaparkan bagaimana krisis iklim akan memperburuk prospek perekonomian yang sebelumnya sudah suram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.