Spesies semut Lasius grandis tersebut terbungkus serat tipis berwarna merah. Sementara semut dari genus Monomorium, tampak terlilit serat hitam.
Menurut para ilmuwan, ini adalah bukti pertama yang dipublikasikan terkait dampak polusi plastik pada serangga darat.
Mereka menduga, kondisi ini mungkin telah terjadi selama beberapa waktu, tetapi luput dari perhatian.
"Data pertama tampaknya menunjukkan bahwa interaksi invertebrata (hewan tanpa tulang belakang) dengan plastik bisa saja terjadi tanpa adanya perhatian selama ini," jelas Luna.
Baca juga: Tempat dengan Udara Terbersih di Bumi, Penduduk Menjual Udara Murni dalam Kemasan Tabung
Dampak belitan plastik terhadap semut belum dipahami sepenuhnya. Fenomena ini juga belum diketahui seberapa luas, lantaran penelitian hanya mengambil sampel kecil dari satu pulau.
"Sejujurnya, saya yakin hingga saat ini baik kita maupun siapa pun tidak memiliki perkiraan nyata sejauh mana masalah ini terjadi, dan apakah ini merupakan sesuatu yang meluas dan serius atau tidak," kata Luna.
Namun, dia berspekulasi, fenomena belitan plastik seperti yang kerap terjadi pada ekosistem laut termasuk paus, penyu, atau burung, seharusnya tidak terjadi pada tingkat serangga.
Sayangnya, masih belum ada data yang dapat mengonfirmasi atau menolak spekulasi tersebut.
"Bagaimanapun, saya yakin plastik berinteraksi dengan serangga dan invertebrata secara umum dalam banyak cara yang belum diteliti dengan baik hingga saat ini," lanjutnya.
Baca juga: Ilmuwan Perkirakan Gurun Sahara Berubah Jadi Hutan Hijau Setiap 21.000 Tahun Sekali
Sementara itu, plastik sebenarnya baru diproduksi secara luas pada abad ke-20.
Meski demikian, keberadaannya telah ditemukan hampir di setiap lingkungan di planet ini, termasuk dasar laut dan hamparan salju di Antartika.
Dampak maraknya populasi sampah plastik terhadap makhluk hidup juga baru mulai dipahami oleh manusia.
Selain semut di La Palma, polusi plastik tentu memiliki dampak yang sangat negatif terhadap alam.
Penyu dan burung laut sering ditemukan mati dengan perut penuh plastik. Bukan hanya itu, jaring sintetis yang digunakan untuk menangkap ikan menjadi ancaman besar bagi mamalia laut.
Baca juga: Ilmuwan Telah Menciptakan Aroma Mumi, Terbuat dari Apa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.