Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masalah Sampah Kian Parah, Ilmuwan Temukan Semut Terjerat Plastik untuk Pertama Kalinya

KOMPAS.com - Dampak polusi plastik mulai menyerang serangga, menandai tonggak sejarah dalam permasalahan sampah di permukaan Bumi.

Berbagai macam sampah plastik di darat, laut, maupun udara dapat menjerat dan melukai binatang. Bahkan, tak jarang binatang yang mengira plastik sebagai makanan.

Namun, untuk pertama kalinya, para ilmuwan mendokumentasikan semut yang terjerat dalam serat plastik. Dampak dan luasnya fenomena ini belum diketahui secara pasti.

Kendati demikian, menurut para ilmuwan, masuknya serangga dalam kelompok binatang yang terlilit plastik menandakan masalah plastik yang semakin parah.

Polusi akibat ulah manusia ini pun berdampak pada lebih banyak satwa liar daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Ilmuwan menemukan semut terjerat plastik

Dilansir dari IFL Science, Rabu (18/10/2023), Armand Rausell-Moreno dari Museum Nasional Ilmu Pengetahuan Alam di Madrid, Spanyol pertama kali menemukan dan memperhatikan semut yang terperangkap plastik pada 2022.

Saat itu, dia tengah melakukan penelitian lapangan di pulau La Palma, Spanyol.

Tertarik dengan observasi tersebut, dia kemudian menghubungi pakar semut J Manuel Vidal-Cordero dan Alvaro Luna, profesor di Universitas Eropa Madrid.

Kedua pakar itu juga diketahui tertarik pada dampak plastik terhadap alam, tak terkecuali binatang.

Alvaro Luna yang menjadi penulis utama dalam studi ini mengatakan, merasa tertarik dengan observarsi semut terperangkap plastik.

"Karena saya biasanya membaca banyak artikel ilmiah tentang polusi plastik dan belum menemukan apa pun yang dipublikasikan mengenai hal ini," kata Luna.

Melalui studi dalam jurnal Ecological Entomology, ketiganya menjelaskan bagaimana mengumpulkan 113 semut dari 40 lokasi berbeda di sekitar La Palma.

Hasilnya, mereka menemukan tiga ekor semut yang telah terbungkus atau terjerat sejenis serat.

Dikutip dari laman Science News, Kamis (12/10/2023), uji laboratorium menunjukkan, dua serat terbuat dari plastik.

Serat plastik ini terlilit di sekitar perut semut pertama, sedangkan serat lain terperangkap di sekitar kaki semut.

Spesies semut Lasius grandis tersebut terbungkus serat tipis berwarna merah. Sementara semut dari genus Monomorium, tampak terlilit serat hitam.

Menurut para ilmuwan, ini adalah bukti pertama yang dipublikasikan terkait dampak polusi plastik pada serangga darat.

Mereka menduga, kondisi ini mungkin telah terjadi selama beberapa waktu, tetapi luput dari perhatian.

"Data pertama tampaknya menunjukkan bahwa interaksi invertebrata (hewan tanpa tulang belakang) dengan plastik bisa saja terjadi tanpa adanya perhatian selama ini," jelas Luna.

Dampak belitan plastik terhadap semut belum dipahami sepenuhnya. Fenomena ini juga belum diketahui seberapa luas, lantaran penelitian hanya mengambil sampel kecil dari satu pulau.

"Sejujurnya, saya yakin hingga saat ini baik kita maupun siapa pun tidak memiliki perkiraan nyata sejauh mana masalah ini terjadi, dan apakah ini merupakan sesuatu yang meluas dan serius atau tidak," kata Luna.

Namun, dia berspekulasi, fenomena belitan plastik seperti yang kerap terjadi pada ekosistem laut termasuk paus, penyu, atau burung, seharusnya tidak terjadi pada tingkat serangga.

Sayangnya, masih belum ada data yang dapat mengonfirmasi atau menolak spekulasi tersebut.

"Bagaimanapun, saya yakin plastik berinteraksi dengan serangga dan invertebrata secara umum dalam banyak cara yang belum diteliti dengan baik hingga saat ini," lanjutnya.

Sementara itu, plastik sebenarnya baru diproduksi secara luas pada abad ke-20.

Meski demikian, keberadaannya telah ditemukan hampir di setiap lingkungan di planet ini, termasuk dasar laut dan hamparan salju di Antartika.

Dampak maraknya populasi sampah plastik terhadap makhluk hidup juga baru mulai dipahami oleh manusia.

Selain semut di La Palma, polusi plastik tentu memiliki dampak yang sangat negatif terhadap alam.

Penyu dan burung laut sering ditemukan mati dengan perut penuh plastik. Bukan hanya itu, jaring sintetis yang digunakan untuk menangkap ikan menjadi ancaman besar bagi mamalia laut.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/21/093000665/masalah-sampah-kian-parah-ilmuwan-temukan-semut-terjerat-plastik-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke