Di antara keempat jenis tersebut, kreativitas verbal adalah jenis yang paling sering digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya untuk menghasilkan karya tulis.
Kreativitas verbal didefinisikan sebagai kemampuan berpikir luwes (lancar dan variatif), inovatif (unik/baru) dalam bentuk kata-kata yang terelaborasi dalam bentuk kalimat; kreativitas berhubungan dengan kemampuan berpikir divergen (Fink et al., 2020).
Namun demikian, dengan kehadiran ChatGPT, maka kreativitas verbal manusia tampak menjadi bersaing dengan AI.
Untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat dengan jumlah tertentu secara cepat, aplikasi ChatGPT dapat dengan mudah melakukannya.
Demikian pula jika diminta lebih lanjut untuk menghasilkan konsep, maka ChatGPT dapat memberikan kata-kata atau kalimat variatif, unik, dan terelaborasi dengan baik.
Dengan demikian, terkesan tidak ada lagi keistimewaan kreativitas verbal manusia dibandingkan dengan aplikasi AI.
Lalu, masihkah kreativitas verbal manusia ada peluang untuk dianggap istimewa dan tetap dibutuhkan di era AI?
Secara umum, kreativitas manusia masih tetap dianggap istimewa. Bahkan saat kita bertanya kepada ChatGPT (OpenAI, 2023); dari tujuh jawaban yang diberikan oleh ChatGPT atas pertanyaan “Apa keistimewaan manusia dibandingkan AI?”, ChatGPT masih menyatakan bahwa kreativitas yang dimiliki oleh manusia berada pada urutan pertama yang menjadi kelebihan manusia dibandingkan ChatGPT.
Ketika ditanyakan kepada ChatGPT, “Apakah kreativitas verbal manusia masih lebih istimewa dibandingkan AI?”
Jawaban dari ChatGPT adalah “Kreativitas verbal manusia masih dianggap lebih istimewa dibandingkan dengan kreativitas yang dapat dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) saat ini” (OpenAI, 2023).
ChatGPT memberikan argumentasi bahwa kreativitas verbal manusia bersifat kontekstual. Manusia memiliki kemampuan untuk memahami dan merespons konteks dengan sangat baik.
Manusia juga dapat menggunakan pengetahuan tentang budaya/sejarah dan pengalaman pribadi untuk merespons secara lebih relevan. Kreativitas manusia berakar pada pengalaman hidup dan pemahaman mendalam tentang suatu makna (OpenAI, 2023).
Saat membaca jawaban ChatGPT, mungkin kita sebagai manusia merasa bangga, senang, antusias, dll.
Namun, jawaban yang disampaikan oleh ChatGPT bahwa manusia bersifat kontekstual, menggunakan pengetahuan, budaya/sejarah, pengalaman pribadi secara mendalam, dan relevan, sebenarnya juga ada pada jawaban-jawaban ChatGPT.
Lalu, apakah kita percaya bahwa kreativitas verbal manusia lebih istimewa dibandingkan AI?
Secara logika, kita tidak bisa mencegah jika ada yang meragukan jawaban bahwa kreativitas verbal manusia masih dianggap lebih istimewa dibandingkan dengan kreativitas yang dapat dihasilkan oleh kecerdasan buatan.
Namun demikian, sebagai manusia kita tidak boleh menyerahkan sepenuhnya tugas dan tanggung jawab kepada AI.
Dalam situasi tertentu, khususnya situasi yang membutuhkan tanggung jawab publik dan bersifat spontan, kita tidak dapat menjadikan ChatGPT sebagai andalan.
Sebagai contoh, saat kita harus berbicara, presentasi, ataupun tanya jawab di hadapan publik secara spontan, maka ChatGPT tidak dapat menjadi andalan.