Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Kreativitas Verbal Tetap Dibutuhkan di Era ChatGPT

Kompas.com - 11/10/2023, 14:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Sania, Renata V. Gunjaya, Cecilia Ang, dan P. Tommy Y. S. Suyasa*

SIAPA yang tidak tahu ChatGPT? Chat Generative Pre-trained Transformer (ChatGPT) menjadi aplikasi artificial intelligence (AI) yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya pada 2023 (Annur, 2023).

Sebenarnya banyak aplikasi AI selain ChatGPT, misalnya: Perplexity, Bing, Copy.ai, dan lain-lain.

ChatGPT bukan AI pertama yang dikembangkan. Namun ChatGPT menjadi nomor satu dalam pemilihan aplikasi oleh masyarakat Indonesia. Mungkin karena ChatGPT paling banyak dibicarakan dalam media sosial.

ChatGPT merupakan AI yang dikembangkan sekitar 2018, oleh perusahaan OpenAI dengan nama ChatGPT-1.

ChatGPT-1 dikembangkan dengan kemampuan dalam tugas pemahaman bahasa. Prinsipnya, ChatGPT-1 didasarkan pada penginputan berbagai buku pada suatu data base yang dijadikan sebagai sumber data AI.

Melalui buku-buku tersebut, ChatGPT-1 dapat memprediksi kata berikutnya dalam kalimat.

ChatGPT-1 terus mengalami perkembangan hingga diluncurkan ChatGPT-2 pada 2019. ChatGPT-2 mampu membuatan teks dan menghasilkan teks multi-paragraf yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

Setelah mengalami proses pengembangan lebih lanjut, OpenAI menghadirkan ChatGPT-3 yang semakin canggih.

Versi ini mampu menyusun email, menulis artikel, hingga menghasilkan kode pemrograman. Model ChatGPT inilah yang kemudian diperkenalkan kepada khalayak ramai pada 30 November 2022.

Semenjak diperkenalkannya aplikasi tersebut, ChatGPT menjadi semakin populer di kalangan masyarakat pengguna internet karena kemampuannya dalam menjawab pertanyaan, menerjemahkan bahasa, membuat resep masakan, memberikan rekomendasi lagu, buku, hingga rekomendasi jadwal perjalanan akhir pekan.

Saat ini, ChatGPT sudah menghadirkan ChatGPT-4, yang merupakan ChatGPT versi terbaru.

Dalam kehidupan sehari-hari, ChatGPT telah menunjukkan kontribusinya sebagai teknologi yang dapat membantu memenuhi kebutuhan manusia.

Dengan perkembangan terbaru, ChatGPT mampu memahami dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan cukup baik, sehingga pengguna seolah-olah berinteraksi dengan sesama manusia.

Selain itu, aplikasi ini juga mampu menggali informasi secara luas dari berbagai sumber di internet sehingga dapat memberikan informasi dari berbagai bidang.

Namun demikian, kehadiran ChatGPT tidak terlepas dari kontroversi. Walaupun membawa manfaat, namun banyak kalangan tidak terkecuali dari dunia pendidikan, mengkhawatirkan kehadiran ChatGPT.

Dengan perkembangan ChatGPT yang semakin canggih, timbul kekhawatiran tumbuhnya ketergantungan yang dirasakan oleh siswa terhadap AI. Ketergantungan ini juga dikhawatirkan dapat melemahkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Kreativitas verbal

Secara umum, kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan atau mengembangkan produk/karya, teori, teknik, atau pemikiran orisinal (American Psychology Association, 2023).

Setidaknya kreativitas terbagi menjadi empat jenis, yaitu: kreativitas verbal, figural, musik, dan kinestetik.

Di antara keempat jenis tersebut, kreativitas verbal adalah jenis yang paling sering digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya untuk menghasilkan karya tulis.

Kreativitas verbal didefinisikan sebagai kemampuan berpikir luwes (lancar dan variatif), inovatif (unik/baru) dalam bentuk kata-kata yang terelaborasi dalam bentuk kalimat; kreativitas berhubungan dengan kemampuan berpikir divergen (Fink et al., 2020).

Namun demikian, dengan kehadiran ChatGPT, maka kreativitas verbal manusia tampak menjadi bersaing dengan AI.

Untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat dengan jumlah tertentu secara cepat, aplikasi ChatGPT dapat dengan mudah melakukannya.

Demikian pula jika diminta lebih lanjut untuk menghasilkan konsep, maka ChatGPT dapat memberikan kata-kata atau kalimat variatif, unik, dan terelaborasi dengan baik.

Dengan demikian, terkesan tidak ada lagi keistimewaan kreativitas verbal manusia dibandingkan dengan aplikasi AI.

Lalu, masihkah kreativitas verbal manusia ada peluang untuk dianggap istimewa dan tetap dibutuhkan di era AI?

Secara umum, kreativitas manusia masih tetap dianggap istimewa. Bahkan saat kita bertanya kepada ChatGPT (OpenAI, 2023); dari tujuh jawaban yang diberikan oleh ChatGPT atas pertanyaan “Apa keistimewaan manusia dibandingkan AI?”, ChatGPT masih menyatakan bahwa kreativitas yang dimiliki oleh manusia berada pada urutan pertama yang menjadi kelebihan manusia dibandingkan ChatGPT.

Ketika ditanyakan kepada ChatGPT, “Apakah kreativitas verbal manusia masih lebih istimewa dibandingkan AI?”

Jawaban dari ChatGPT adalah “Kreativitas verbal manusia masih dianggap lebih istimewa dibandingkan dengan kreativitas yang dapat dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) saat ini” (OpenAI, 2023).

ChatGPT memberikan argumentasi bahwa kreativitas verbal manusia bersifat kontekstual. Manusia memiliki kemampuan untuk memahami dan merespons konteks dengan sangat baik.

Manusia juga dapat menggunakan pengetahuan tentang budaya/sejarah dan pengalaman pribadi untuk merespons secara lebih relevan. Kreativitas manusia berakar pada pengalaman hidup dan pemahaman mendalam tentang suatu makna (OpenAI, 2023).

Saat membaca jawaban ChatGPT, mungkin kita sebagai manusia merasa bangga, senang, antusias, dll.

Namun, jawaban yang disampaikan oleh ChatGPT bahwa manusia bersifat kontekstual, menggunakan pengetahuan, budaya/sejarah, pengalaman pribadi secara mendalam, dan relevan, sebenarnya juga ada pada jawaban-jawaban ChatGPT.

Lalu, apakah kita percaya bahwa kreativitas verbal manusia lebih istimewa dibandingkan AI?

Secara logika, kita tidak bisa mencegah jika ada yang meragukan jawaban bahwa kreativitas verbal manusia masih dianggap lebih istimewa dibandingkan dengan kreativitas yang dapat dihasilkan oleh kecerdasan buatan.

Namun demikian, sebagai manusia kita tidak boleh menyerahkan sepenuhnya tugas dan tanggung jawab kepada AI.

Dalam situasi tertentu, khususnya situasi yang membutuhkan tanggung jawab publik dan bersifat spontan, kita tidak dapat menjadikan ChatGPT sebagai andalan.

Sebagai contoh, saat kita harus berbicara, presentasi, ataupun tanya jawab di hadapan publik secara spontan, maka ChatGPT tidak dapat menjadi andalan.

Kita akan dinilai oleh publik berdasarkan kemampuan, kelancaran, keragaman, keunikan, dan kedalaman (kejelasan) kita dalam menyampaikan ide, konsep, atau jawaban.

Demikian pula saat kita bercerita yang membutuhkan kedalaman emosi; misalnya saat seorang Ibu sedang menceritakan dongeng kepada anak.

Saat menceritakan dongeng, cerita yang disampaikan oleh seorang Ibu perlu bernada dinamis, sehingga imajinasi dan emosi anak terbawa.

Kreativitas verbal tetap dibutuhkan sebagai dasar dari performa akademik. Berdasarkan hasil penelitian Kartana et al. (2018), kreativitas verbal memprediksi prestasi akademik mahasiswa.

Semakin tinggi kreativitas verbal mahasiswa, semakin tinggi prestasi akademik yang dimilikinya.

Dengan demikian, saat institusi pendidikan akan menyaring mahasiswa yang berpotensi memiliki performa akademik yang baik, dibutuhkan identifikasi kreativitas verbal.

Proses identifikasi kemampuan kreativitas verbal, dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur kreativitas verbal.

Saat ini, tim riset Universitas Tarumanagara sedang mengembangkan alat ukur Kreativitas Verbal dengan nama Contextual Verbal Creativity Test (CVCT). Alat ukur CVCT ini sudah melalui pengujian psikometris.

Berdasarkan hasil pengujian, alat ukur ini cukup layak untuk menguji kreativitas verbal individu.

Berharap alat ukur CVCT dapat menjadi instrumen untuk membantu mengidentifikasi kreativitas verbal penggunanya.

Lebih lanjut setelah diidentifikasi, kreativitas verbal yang ada dapat dikembangkan melalui intervensi metode pembelajaran kondusif (Wang & Li, 2022), pola asuh orangtua (Pérez-Fuentes et al., 2019), penggunaan teknologi (Chung et al., 2015), ataupun apresiasi karya sastra/puisi (Osowiecka & Kolanczyk, 2018).

Berdasarkan tulisan ini, kreativitas verbal manusia dalam situasi tertentu tampak masih memiliki keistimewaan yang saling melengkapi dengan teknologi AI.

Saat membutuhkan ide, manusia dapat meminta bantuan AI untuk menghasilkan ide. Ide yang dihasilkan/diinspirasikan oleh AI, dapat diparafrasa sehingga sesuai atau relevan dengan konteks yang dibutuhkan oleh manusia.

Melalui sentuhan manusia, ide yang dihasilkan oleh AI dapat dimodifikasi, diberikan muatan emosi, sehingga dapat tersampaikan dengan lebih baik dan lebih hidup.

Dengan adanya AI, manusia seharusnya lebih bersemangat atau termotivasi untuk menghasilkan ide agar tujuan baiknya dapat lebih mudah tercapai.

*Sania, Renata V Gunjaya, dan Cecilia Ang, Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
P. Tommy Y. S. Suyasa, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Tren
Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Tren
Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Tren
Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Tren
Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com