Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Sebut Gunung Api Aktif Muncul di Surabaya, Benarkah?

Kompas.com - 10/10/2023, 10:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang menyebutkan ada gunung api aktif muncul di Kota Surabaya, Jawa Timur, viral di media sosial TikTok.

Video tersebut diunggah oleh akun TikTok @panorama_09 pada Sabtu (7/10/2023).

"Viral di Surabaya!! Tiba-tiba muncul gunung api aktif di tengah Kota Surabaya Jatim," tulis akun tersebut.

@panorama_09

 

? suara asli - Cakra Panorama

Pengunggah menyebutkan adanya gundukan tanah seperti bukit di daerah Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Disebutkan pula gundukan tanah tersebut mengeluarkan semburan lumpur dengan debit kecil yang menyembur dari beberapa lubang.

"Di balik gedung-gedung tinggi ini ternyata ada kawah seperti ini. Jadi bekas kawahnya ini. Jadi merupakan gunung api yang masih aktif," ujar seseorang dalam video tersebut.

Hingga Senin (9/10/2023) unggahan ini telah dilihat lebih dari 1,5 juta kali dan disukai lebih dari 14.000 pengguna. 

Lantas, benarkah ada gunung api aktif yang tiba-tiba muncul di Kota Surabaya?

Penjelasan ahli ITS

Terkait unggahan tersebut, peneliti mitigasi bencana dan dosen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo menegaskan, lokasi yang diperlihatkan di video tersebut bukanlah gunung api aktif.

Ia mengatakan apa yang terlihat dalam video tersebut merupakan semburan lumpur bekas pengeboran minyak pada zaman penjajahan Belanda.

"(Itu) mudd vulcano sama dengan semburan lumpur. Masih (menyemburkan lumpur sampai sekarang)," ujar Amien saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/10/2023).

Menurut Amien, semburan lumpur tersebut ada karena daerah Jawa Timur di bagian utara merupakan wilayah cekungan minyak bumi dan gas (migas).

Mengingat lokasinya berada di cekungan migas, secara otomatis di beberapa tempat juga terdapat adanya lapisan lumpur.

Amien menjelaskan, selain Gunung Anyar di Surabaya, semburan lumpur semacam ini juga muncul di Sedati, Pulungan, Kutisari, Semolowaru, Lidah Kulon, Gresik, Madura, Wringinanom, dan sejumlah wilayah lain di Jawa Timur. 

Pengeboran minyak Belanda

Pihaknya menjelaskan, pada masa kolonial, Belanda melakukan pengeboran untuk mengambil minyak di sekitar semburan ini.

Sementara di Surabaya, lapangan minyak Belanda ada di tiga tempat yaitu Lapangan Lidah, Lapangan Krukah, dan Lapangan Kuti-Anyar (Kutisari hingga Gunung Anyar).

"Eksploitasi migas Belanda sekitar tahun 1880 dan berhenti operasi (ditinggalkan) tahun 1930 an," bebernya. 

Ia mengatakan, lapangan migas Belanda kemudian ditinggalkan Belanda pada tahun 1930 karena produksi minyaknya semakin menurun.

Setelah ditinggalkan Belanda, lapangan migas seiring berjalannya waktu berubah menjadi perumahan padat termasuk di Gunung Anyar.

"Jadi kawasan tersebut berupa rawa-rawa tidak berpenghuni (setelah ditinggalkan). Penghuni datang kesitu tahun 1980-an," ungkap dia. 

Baca juga: Kata Media Malaysia soal Lagu Helo Kuala Lumpur yang Plagiat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com