Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Prediksi Waktu Kepunahan Manusia, Kapan Akan Terjadi?

Kompas.com - 26/09/2023, 13:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature Geoscience mengungkapkan waktu kepunahan mamalia di Bumi, termasuk manusia.

Dalam studi itu, disebutkan bahwa kepunahan massal berikutnya mungkin akan terjadi akibat panas ekstrem, dengan manusia menjadi salah satu korbannya.

Dikutip dari News Week (25/9/2023), model iklim superkomputer telah menemukan bahwa dalam 250 juta tahun ke depan, hampir semua mamalia mungkin punah karena suhu Bumi memanas hingga ke tingkat di mana mamalia tidak dapat bertahan hidup.

Hal ini diperburuk dengan perkiraan benua super baru yang akan terbentuk di dekat khatulistiwa.

Dalam skenario ini, manusia berada di ambang kepunahan massal.

Meski, manusia lebih bisa bertahan hidup daripada mamalia lainnya berkat bantuan kemajuan teknologi.

Baca juga: Studi Baru: Berangkat Tidur antara Pukul 10 sampai 11 Malam Bisa Menyehatkan Jantung

"Jika kita hanya melihat kemampuan alami manusia untuk bertahan hidup dalam cuaca panas yang ekstrem, maka ada beberapa ambang batas tekanan panas yang tidak dapat dilawan secara umum," kata penulis utama sekaligus peneliti senior di University of Bristol Inggris, Alexander Farnsworth.

Menurutnya, paparan suhu bola basah di atas 35 derajat Celcius selama lebih dari enam jam saja sudah akan berakibat fatal. Hal ini dalam parameter manusia tidak beraktivitas sama sekali, dalam naungan penuh, dan air minum yang tidak terbatas.

Kondisi serupa juga terjadi pada temperatur bola kering di atas 40 derajat Celcius dan kelembapan rendah untuk jangka waktu yang lama.

"Jika kita mempertimbangkan teknologi, kita dapat bertahan hidup berkat pembangunan tempat penampungan yang ramah lingkungan dan dilengkapi AC," ujarnya.

"Namun kita mungkin juga harus membangun fasilitas lain untuk menampung produksi pangan juga," sambungnya.

Baca juga: Studi Ungkap Manfaat Kopi untuk Turunkan Risiko Kematian Dini

Peningkatan karbon dioksida

Suhu ekstrem yang berkisar antara 40-70 derajat Celcius ini diperkirakan terjadi karena peningkatan karbon dioksida di atmosfer.

Ini sebagian besar akibat aktivitas tektonik yang memicu letusan gunung berapi, serta produksi radiasi Matahari.

"Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa suhu global bisa menjadi sekitar 10-15 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan saat ini dan itu terjadi di daratan saja," jelas dia.

"Suhunya bisa menjadi antara 25-30 derajat Celcius lebih hangat rata-rata dibandingkan hari ini," lanjutnya.

Para penulis memperkirakan, masalah panas ini akan menjadi masalah besar setelah benua super berikutnya terbentuk.

Sebab, benua tersebut akan terletak di sekitar ekuator bumi yang cuacanya paling panas, serta karena CO2 yang dibuang oleh aktivitas tektonik akibat pergeseran benua.

Baca juga: Studi Baru: Lapar Ternyata Bisa Menghambat Penuaan

Faktor pendorong iklim ekstrem Bumi

Ia menunjukkan beberapa faktor utama yang mendorong terjadinya kondisi iklim ekstrem dan menjadikan Bumi tidak ramah lingkungan dalam 250 juta tahun mendatang.

Pertama, terkait pembentukan benua super. Ketika itu terjadi dan tak ada perubahan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer dan kecerahan Matahari seperti pada tingkat saat ini, maka hal itu akan mendorong munculnya suhu panas luar biasa.

"Kami menunjukkan bahwa hal ini saja telah meningkatkan suhu permukaan tanah secara signifikan, terutama disebabkan karena sebagian besar permukaan tanah berada di daerah tropis sekarang ini," ujarnya.

Kedua, kumpulan tektonik benua super ini menciptakan lebih banyak pelepasan gas vulkanik yang dilepaskan ke atmosfer.

Kenaikan suhu ini sangat mengancam mamalia yang telah berevolusi lebih tahan terhadap suhu dingin daripada suhu hangat.

Menurutnya, mamalia telah menurunkan batas suhu terendah seiring berjalannya waktu, namun batas atas tetap konstan, sehingga menempatkan manusia pada risiko suhu ekstrem yang lebih panas.

Jika suhu lebih hangat dari suhu kulit, panas metabolik tidak dapat dengan mudah dilepaskan dan potensi panas berlebih yang berbahaya dapat terjadi.

Dalam jangka waktu berkepanjangan, panas berlebih ini dapat menyebabkan sengatan panas yang berakibat pada pembengkakan jaringan otak atau organ vital lainnya sehingga mengakibatkan kerusakan permanen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tren
6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

Tren
PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com