Zahwani menjelaskan, gas air mata yang digunakan ketika mengendalikan situasi selama kericuhan terbawa angin dan masuk ke area sekolah.
Pada saat kejadian, beberapa kelas di sekolah tersebut masih terdapat murid dan guru.
Baca juga: Kerusuhan Perancis, Mengapa Kematian Seorang Remaja Picu Demo Besar?
Zahwani mengatakan, guru dan siswa yang terkena gas air mata ketika bentrok pecah telah dibawa oleh Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Kepri ke RSUD Embung Fatimah, Batam untuk mendapat perawatan medis.
Berdasarkan informasi yang diterima Zahwani, korban gas air mata mencapai 11 orang yang terdiri dari 1 guru SMP dan 10 siswa SMP.
"Saat ini semua korban sudah kembali ke rumah masing-masing," terang Zahwani.
Baca juga: Update Kerusuhan Perancis: Barisan Wali Kota Unjuk Rasa, Polisi Tetap Siaga
Lebih lanjut, Zahwani juga menampik kabar yang beredar bahwa ada seorang bayi yang meninggal.
Ia menyampaikan, bayi tersebut masih hidup. Bahkan saat aparat keamanan menemukannya, bayi tersebut sedang tertidur pulas di ayunan.
"Mengingatkan masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi (saring sebelum sharing) sebelum menyebarkannya melalui media sosial dan berharap agar situasi di kawasan tersebut tetap kondusif demi kesuksesan proyek pengembangan Rempang Eco City dan kesejahteraan masyarakat setempat," tutur Zahwani.
Baca juga: Kerusuhan Perancis Meluas, Bagaimana Nasib WNI di Sana?
Masih dari Kompas.id, kerusuhan antara warga dengan aparat di Rempang merupakan buntut dari konflik agraria.
Pasalnya, BP Batam berencana merelokasi seluruh penduduk di Rempang yang jumlahnya sekitar 7.500 jiwa.
Relokasi dimaksudkan untuk mendukung rencana pengembangan investasi di Rempang.
Proyek yang digarap PT Makmur Elok Graha (MEG) itu ditargetkan bisa menarik investasi hingga Rp 381 triliun pada tahun 2080.
Di sisi lain, sebanyak 16 kampung adat Melayu juga terancam digusur akibat rencana pengembangan Rempang Eco City.
Warga yang menolak pengembangan kawasan tersebut melakukan perlawanan terhadap 1.000 aparat yang diterjunkan.
Tak hanya itu, puluhan kendaraan berlapis juga dikerahkan ketika warga menduduki Jembatan Barelang IV.
Pada saat itu, warga melempari aparat dan perlawanan mereka direspons dengan tembakan water canon dan gas air mata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.