KOMPAS.com - Pemerintah Peru mengumumkan status darurat kesehatan nasional setelah mendeteksi ratusan sindrom Guillain-Barre menyerang warganya.
Keadaan darurat ini akan berlangsung selama 90 hari, seperti diberitakan laman MercoPress, Senin (10/7/2023).
Sejak Juni 2023, sebanyak 182 kasus sindrom Guillain-Barre telah dilaporkan secara nasional.
Dari angka tersebut, 147 di antaranya telah dipulangkan, 31 masih dirawat di rumah sakit, dan empat orang meninggal dunia.
Korban meninggal sendiri dilaporkan berasal dari Cajamarca, La Libertad, dan dua dari Lima, Peru.
Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) pada Senin (10/7/2023) melaporkan, status darurat kesehatan mengharuskan pemerintah Peru menggelontorkan dana untuk membiayai penanganan sindrom Guillain-Barre.
Pemerintah juga akan melakukan tindakan pengawasan, pencegahan, serta segera merespons terhadap kemungkinan kasus.
Lantas, apa itu sindrom Guillain-Barre?
Baca juga: Putri Bungsu HaHa Running Man Idap Guillain Barre Syndrom, Apa Itu?
Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan langka saat sistem kekebalan tubuh menyerang saraf penderita.
Normalnya, sistem kekebalan akan melindungi tubuh dari masalah kesehatan. Namun, kelainan ini membuat sistem kekebalan tubuh justru menyerang sistem saraf.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, penderita sindrom ini awalnya hanya akan merasakan kesemutan dan rasa lemah di bagian kaki dan tangan.
Namun, gejala sindrom Guillain-Barre menyebar dengan cepat hingga membuat seluruh tubuh mengalami kelumpuhan.
Bahkan, dalam kasus yang parah, sindrom ini dapat masuk dalam kategori keadaan darurat medis.
Sebagian besar penderita juga harus menjalani perawatan di rumah sakit untuk mengatasi kondisi tersebut.
Baca juga: Kematian Mendadak Influencer Kebugaran Jo Lindner di Usia 30 Tahun akibat Aneurisma
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), beberapa kondisi dapat menjadi penyebab sindrom Guillain-Barre.
Sejumlah penyebab tersebut, yakni:
Sekitar dua dari tiga orang dengan sindrom Guillain-Barre dilaporkan mengalami diare atau penyakit pernapasan beberapa minggu sebelum gejala GBS berkembang.
Adapun diare pemicu sindrom ini, biasanya disebabkan infeksi bakteri Campylobacter jejuni.
Beberapa orang yang mengalami sindrom Guillain-Barre tercatat menderita flu serta terinfeksi cytomegalovirus, virus Epstein Barr, virus Zika, atau virus lainnya.
Sejumlah orang mengembangkan sindrom Guillain-Barre dalam beberapa hari atau minggu setelah mendapatkan vaksin tertentu.
Kendati demikian, manfaat vaksinasi masih jauh lebih besar daripada risikonya.
Misalnya, penelitian yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki peluang lebih besar terkena sindrom ini setelah terkena flu daripada setelah divaksinasi flu.
Sindrom Guillain-Barre sering dimulai dengan kesemutan dan rasa lemah di bagian tungkai yang menyebar ke tubuh bagian atas atau lengan.
Beberapa tanda dan gejala sindrom Guillain-Barre dapat meliputi:
Orang dengan sindrom Guillain-Barre biasanya akan merasakan bagian tubuh melemah dalam waktu dua minggu setelah gejala awal dimulai.
Baca juga: Warga Meninggal Usai Makan Daging Sapi Positif Antraks, Kenali Ciri dan Gejalanya!
Sindrom Guillain-Barre adalah kondisi serius yang memerlukan rawat inap sesegera mungkin karena dapat memburuk dengan cepat.
Hubungi dokter atau fasilitas kesehatan jika mengalami kesemutan ringan di jari kaki atau jari tangan dengan kondisi:
Tidak ada obat pasti untuk menyembuhkan sindrom Guillain-Barre, tetapi beberapa perawatan dapat meredakan gejala.
Oleh karena itu, semakin cepat pengobatan dimulai, semakin baik pula kondisi pasien sindrom Guillain-Barre.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.