Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu "Five Stages of Grief", Fase Emosi Saat Bersedih

Kompas.com - 07/07/2023, 19:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Terdapat teori bernama five stages of grief untuk membagi lima tahapan berbeda perasaan sedih seseorang ketika menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan.

Sebagai contoh perasaan sedih tersebut, yakni seperti ketika seseorang kehilangan yang ia cintai.

Dikutip dari HealthLine, five stages of grief atau lima tahap kesedihan adalah teori yang dikembangkan oleh psikiater Amerika-Swiss bernama Elisabeth Kübler-Ross.

Hal itu ia jelaskan di dalam bukunya, On Death and Dying yang terbit pada 1969.

Kendati teori ini adalah sebuah tahapan, seseorang dapat melompati tahapan lain yang kemudian akan selesai begitu saja atau dapat kembali lagi ke tahapan sebelumnya.

Proses tahapan kesedihan ini mempunyai jangka waktu yang berbeda-beda. Bisa selama berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya.

Baca juga: Emosi dan Pikiran Negatif Bisa Pengaruhi Organ Tubuh, Ini Penjelasan Medisnya

Lantas apa saja five stages of grief?

5 tahap kesedihan

Tahapan ini dibagi menjadi denial atau penolakan, anger atau amarah, bargaining atau tawar-menawar, depression atau depresi, dan acceptance atau penerimaan.

Berikut penjelasan dari five stages of grief sebagaimana dilansir dari VeryWellMind:

1. Penolakan

Penolakan adalah tahapan pertama ketika seseorang merasa kaget saat kehilangan seseorang. Tahap ini dapat membantu meminimalkan rasa sakit yang luar biasa karena kehilangan.

Saat seseorang memproses kenyataan kehilangan, ia juga berusaha bertahan dari rasa sakit secara emosional.

Selama tahap ini, realitas terasa berubah sepenuhnya dan membutuhkan waktu bagi pikiran menyesuaikan dengan realitas baru.

Seseorang akan merenungkan pengalaman yang telah dibagikan dengan orang yang sudah tidak ada itu dan bertanya-tanya bagaimana untuk melanjutkan hidup tanpanya.

2. Amarah

Dalam tahap ini, seseorang akan menyesuaikan diri dan besar kemungkinan mengalami ketidaknyamanan emosional yang ekstrem.

Seseorang akan meluapkan amarahnya sebagai bentuk pelampiasan emosi karena banyak yang harus diproses dalam pemikiran.

Amarah dapat membuat seseorang merasa terisolasi di lingkungan social yang menyebabkan ia dianggap tidak dapat didekati oleh orang lain.

Baca juga: Jangan Remehkan, Tidur Nyenyak Penting Bagi Kestabilan Emosi

3. Tawar-menawar

Ketika kehilangan, seseorang akan merasa putus asa sehingga ia bersedia melakukan apa pun untuk mengurangi rasa sakit itu.

Ada kesadaran dalam tahap ini bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk memengaruhi perubahan atau menciptakan situasi yang lebih baik.

Tawar-menawar muncul dari perasaan tidak berdaya dan memberi kita rasa kendali atas sesuatu yang terasa begitu di luar kendali dan cenderung berfokus pada kesalahan atau penyesalan pribadi.

4. Depresi

Dalam tahap ini, seseorang mulai lebih merasakan kehilangan orang yang dicintainya.

Kepanikan atas kehilangan mulai mereda, emosi mulai hilang, dan kehilangan terasa lebih nyata dan tak terhindarkan.

Meskipun ini adalah tahap yang sangat alami dalam proses berduka, mengatasi depresi setelah kehilangan orang yang dicintai bisa terasa sangat sulit.

Baca juga: Warganet Sebut Emosi Tak Masuk Akal Saat Menstruasi, Dokter Jelaskan Penyebabnya

5. Penerimaan

Saat seseorang sampai pada tahap penerimaan, bukan berarti dirinya tidak lagi merasakan sakitnya kehilangan.

Sebaliknya, ia tidak lagi menolak kenyataan situasi dan tidak berjuang untuk membuatnya berbeda.

Saat tahap ini, seseorang akan kembali mulai menjalani kehidupan ke depannya dengan yang masih ia punya saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com