KOMPAS.com - Unggahan video yang memperlihatkan sayuran kubis ditutupi lapisan es, ramai di media sosial.
Hal tersebut bermula dari unggahan akun Instagram ini yang diunggah ulang oleh akun Twitter ini pada Sabtu (24/6/2023).
Pengunggah mengatakan bahwa lokasi kubis membeku berada di Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Dalam video dapat dilihat, seluruh bagian kubis yang belum dipanen membeku hingga lapisan esnya dapat diangkat oleh perekam video.
Pengunggah mengatakan bahwa tanaman tertutup oleh es ketika Wonosobo mencapai titik terdingin.
"Wonosobo ketika Bulan Juni menuju Juli," tulis pengunggah.
Hingga Minggu (25/6/2023), video kubis membeku di Wonosobo sudah ditayangkan sebanyak 270.100 kali.
Baca juga: Alasan Dieng Culture Festival 2023 Ditiadakan, Bukan Lagi karena Covid-19
Ari Dewantoro dari Unit Pengelola Teknis (UPT) Pengelola Wisata Dieng mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan kebenaran video tersebut.
Berdasarkan penelusurannya, video kubis membeku seperti diunggah akun Instagram ini sudah pernah ditayangkan oleh kanal YouTube ini.
"Tapi, (video diunggah) itu 6 bulan lalu. Kalau 6 bulan lalu berarti Desember itu jelas tidak mungkin," kata Ari kepada Kompas.com, Minggu (25/6/2023).
Meski begitu, Ari mengatakan bahwa pada tahun ini sempat muncul embun es yang kemudian membeku. Hal ini disebut masyarakat Dieng sebagai embun upas.
"(Kira-kira) 4 kali. Bulan kemarin Mei 2 kali, Maret 1 kali, dan Juni 1 kali," jelas Ari.
Ia juga menambahkan, suhu Dieng per Minggu (25/6/2023) menyentuh angka 0,28 derajat Celcius dan Sabtu (24/6/2023) berada di kisaran 4 derajat Celcius.
Baca juga: Tips Mendaki Gunung Prau via Dieng, Turun Lewat Jalur yang Sama
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Sutikno menjelaskan, peristiwa membekunya kubis seperti terekam di video dikenal sebagai frost atau embun beku.
Berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipatasi di atmosfer, embun beku merupakan fenomena munculnya butiran es di permukaan
"Alih-alih embun beku, masyarakat lebih mengenal fenomena tersebut sebagai embun upas," katanya kepada Kompas.com, Minggu (25/6/2023).
Baca juga: Rute ke Basecamp Prau via Dieng, Jalur Pendakian Sisi Utara
Sutikno menjelaskan, munculnya embun upas disebabkan oleh tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan Benua Asia (tekanan rendah).
Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia.
"Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minimum, sehingga tidak heran jika pada siang hari, matahari akan terasa sangat terik diiringi dengan peningkatan suhu udara," jelas Sutikno.
"Hal tersebut karena tidak ada objek di langit yang menghalau sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang notabene merupakan gelombang pendek menjadi maksimum pada siang hari," tambahnya.
Sutikno menambahkan, kelembapan udara cukup tinggi di wilayah pegunungan dan dataran tinggi dibanding dataran rendah.
Kelembapan udara yang tinggi merupakan indikasi bahwa udara di wilayah tersebut memiliki kadar air yang tinggi.
"Penurunan suhu yang terjadi secara kontinyu sejak malam hari ini menyebabkan embun yang semula terbentuk dan menyelimuti rumput, dedaunan, atau tanaman tidak membeku," paparnya.
Baca juga: Candi Dieng: Sejarah, Fungsi, dan Rute
Sutikno menerangkan, fenomena tersebut bukanlah kejadian luar biasa dan umumnya terjadi mendekati musim kemarau pada Juni-September.
Terkadang, fenomena ini juga terjadi pada Bulan Mei, namun mulai intens dan sering diamati mulai Bulan Juni dan puncaknya di Bulan Agustus.
Terkai hal tersebut, Sutikno mengimbau wisatawan yang ingin berkunjung ke Dieng selama periode Juni-September untuk mengenakan pakaian yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
"Seperti jaket tebal atau mantel, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama berwisata," katanya.
"Karena pada waktu-waktu tertentu suhu udara di kawasan Dieng dapat berada dibawah 0 derajat Celcius," sambung Sutikno.
Baca juga: Tahun Ini, Kawasan Wisata Dieng Mulai Dipersolek
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.