Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megan Fox Akui Idap Body Dysmorphic Disorder, Apa Itu?

Kompas.com - 22/05/2023, 12:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aktris asal Amerika Serikat, Megan Fox, mengaku mengidap body dysmorphic disorder atau gangguan dismorfik tubuh.

Pernyataan tersebut diutarakan Fox dalam sebuah video untuk edisi Sports Illustrated Swimsuit 2023 yang tayang pada Senin (15/5/2023).

"Saya menderita body dysmorphic, saya tidak pernah melihat diri saya seperti orang lain melihat saya," kata Fox, dikutip dari pemberitaan People, Selasa (16/5/2023).

"Tidak pernah ada titik dalam hidupku di mana aku mencintai tubuhku, tidak pernah," lanjutnya.

Meski kerap disebut memiliki tubuh idaman, wanita 37 tahun ini mengaku masih berusaha mencintai diri sendiri, terutama bentuk tubuhnya.

"Perjalanan mencintai diri sendiri tidak akan pernah berakhir, menurut saya," ungkap Fox.

Lantas, apa itu body dysmorphic disorder?

Baca juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia, Kenali 4 Jenis Gangguan Mental Ini


Body dysmorphic disorder

Body dysmorphia atau body dysmorphic disorder adalah kondisi kesehatan mental saat seseorang menghabiskan banyak waktu untuk mengkhawatirkan kekurangan penampilannya.

Menurut National Health Service (NHS), kelemahan atau kekurangan penampilan pengidap body dysmorphia sering kali tidak terlihat oleh orang lain.

Semua orang dari segala rentang usia dapat mengidap gangguan dismorfik tubuh. Namun, gangguan ini paling sering menyerang remaja dan dewasa muda, baik pria atau wanita.

Kendati sangat mengkhawatirkan kekurangan penampilan fisiknya, penderita gangguan dismorfik tubuh bukan berarti sombong atau terobsesi pada diri sendiri.

Dilansir dari laman Mayo Clinic, ketika menderita body dysmorphic disorder, seseorang akan sangat fokus pada penampilan dan citra tubuh.

Dia juga akan berulang kali memeriksa cermin dan berdandan hingga berjam-jam untuk memperbaiki penampilan.

"Kecacatan" yang dirasakan dan perilaku berulang untuk memperbaikinya semakin lama akan menyebabkan penderita tertekan hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Ramai soal Eating Disorder Dialami Peserta INTM, Ini Kata Psikolog

Gejala body dysmorphic disorder

Seseorang yang mengidap body dysmorphic disorder kemungkinan akan merasakan gejala berupa:

  • Sangat khawatir akan area tertentu pada tubuh
  • Menghabiskan banyak waktu untuk membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain
  • Sering sekali melihat pantulan diri di cermin atau sebaliknya, menghindari cermin sama sekali
  • Berusaha keras untuk menyembunyikan kekurangan, misalnya dengan menghabiskan waktu lama untuk menyisir rambut, merias wajah, atau memilih pakaian
  • Keyakinan kuat bahwa dirinya memiliki kecacatan pada penampilan yang membuatnya jelek
  • Keyakinan bahwa orang lain memperhatikan penampilan dan mencapnya negatif atau mengejek
  • Sering mencari kepastian tentang penampilan dari orang lain
  • Memiliki kecenderungan bersikap perfeksionis.

Penderita gangguan dismorfik tubuh kemungkinan terlalu fokus pada satu atau lebih bagian tertentu dari tubuh.

Fitur tubuh yang menjadi fokus atau perhatian ini dapat berubah seiring waktu, dan biasanya meliputi:

  • Wajah, seperti hidung, kulit, keriput, jerawat, dan noda lainnya
  • Rambut, seperti model rambut dan kebotakan
  • Ukuran payudara
  • Ukuran otot
  • Alat kelamin.

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, khususnya pada pria, dismorfia otot menjadi salah satu bentuk spesifik dari gangguan ini.

Gangguan ini merupakan perasaan negatif terhadap bentuk tubuh yang terlalu kecil atau tak cukup berotot.

Baca juga: Ramai Soal Menimbun Barang yang Sudah Tidak Dipakai, Benarkah Gejala Hoarding Disorder?

Penyebab body dysmorphic disorder

Para pakar belum memahami sepenuhnya mengapa body dysmorphic disorder terjadi. Namun, menurut dugaan, kondisi ini melibatkan banyak faktor, termasuk:

1. Genetika

Seseorang lebih mungkin mengidap body dysmorphic disorder jika kerabat pertamanya, yakni anak, orangtua kandung, atau saudara kandung memilikinya.

2. Otak terlalu aktif

Orang dengan gangguan dismorfik tubuh sering memiliki area otak yang terlalu aktif atau bekerja secara berbeda dari yang diharapkan.

Perbedaan tersebut membuatnya sulit untuk mengontrol pikiran dan tindakan yang berkaitan dengan penampilan.

3. Pengaruh budaya dan media

Budaya yang berbeda memiliki standar kecantikan dan penampilan berbeda pula.

Media populer, budaya, atau kombinasi keduanya dapat berpengaruh terhadap bagaimana gangguan dismorfik tubuh menyerang pikiran atau perilaku seseorang.

4. Riwayat pelecehan, pengabaian, atau intimidasi

Riwayat pengalaman tidak menyenangkan selama masa kanak-kanak, seperti pelecehan atau pengabaian dapat mengembangkan gangguan ini.

Riwayat diintimidasi atau diejek juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita body dysmorphic disorder.

Baca juga: Apa Itu Anxiety Disorder? Kenali Penyebab dan Cara Menanganinya

Butuh bantuan dokter atau pakar

Rasa malu akan penampilan tak jarang membuat penderita body dysmorphic disorder enggan mencari pengobatan.

Namun, masih dari NHS, orang dengan body dysmorphic disorder harus mendapatkan bantuan untuk menanganinya.

Penderita dapat mendatangi penyedia layanan kesehatan atau seorang profesional di bidang kesehatan mental.

Pasalnya, gangguan dismorfik tubuh biasanya tidak akan membaik dengan sendirinya.

Jika tidak diobati, kondisi ini dapat memburuk dari waktu ke waktu, menyebabkan kecemasan, depresi berat, dan bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Resmi Dilantik, Berikut Profil dan Kekayaan PM Singapura Lawrence Wong

Resmi Dilantik, Berikut Profil dan Kekayaan PM Singapura Lawrence Wong

Tren
Raja Charles III Kehilangan Indra Perasa akibat Efek Samping Pengobatan Kanker

Raja Charles III Kehilangan Indra Perasa akibat Efek Samping Pengobatan Kanker

Tren
Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Tren
Ban 'Botak' Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Ban "Botak" Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

Tren
Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Tren
Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Tren
Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Tren
Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

Tren
Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tren
6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

Tren
PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com