"Kalau disertai dan diawali dengan tekad kuat menjadi motivasi untuk pengembangan kepribadiannya. Kalau kesal dan lapar, tidak mengeluh," ucapnya.
Baca juga: Melihat Perayaan dan Tradisi Unik Waisak di Berbagai Negara
Supriyadi menjelaskan, para biksu tetap akan bermeditasi sepanjang perjalanan. Mereka bahkan tetap bermeditasi saat istirahat.
"Para biksu tidur dengan alas tidak lebih dari 50 sentimeter, bahkan ada yang tidur sambil duduk saat bermeditasi," lanjutnya.
Sebagai lokasi peristirahatan, para biksu akan mendatangi tempat-tempat ibadah lintas agama, seperti wihara, kelenteng, atau bahkan pesantren.
"Di Indonesia, bahkan singgah di pondok pesantren Pekalongan di Habib Luthfi," kata Supriyadi.
Saat melakukan perjalanan, para biksu zaman dulu tidak memakai alas kaki. Sekarang, mereka ada yang memakai sandal. Karena sering menjalankan thudong, kaki mereka tidak sakit dan sudah terbiasa.
Menurut Supriyadi, tradisi thudong tidak dibatasi usia. Biksu kecil atau dewasa bisa melakukannya selama memiliki fisik dan rohani yang kuat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.