Sebagaimana dikutip dari Leadership.ng, di Nigeria Indomie cukup terkenal sehingga di negara tersebut masyarakat selalu panik setiap ada masalah terkait mi instan di seluruh dunia.
Hal ini karena masyarakat Nigeria seringkali mengidentikkan mi instan jenis apapun sebagai Indomie.
Merespons kepanikan publik di Nigeria, Direktorat Keamanan Pangan dan Nutrisi Terapan (NAFDAC) menjelaskan, bahwa Indomie Rasa Ayam Spesial yang tengah dibicarakan di Taiwan maupun Malaysia tidak diimpor Nigeria dan tidak diproduksi di negara itu.
Sebagai informasi, Nigeria telah melarang adanya impor mi instan sejak bertahun-tahun lalu.
Adapun Indofood memproduksi Indomie di Nigeria melalui Dufil Prima food Plc.
“NAFDAC tidak melarang Mi Instan Indomie diproduksi di Nigeria. NAFDAC telah mendaftarkan beberapa produsen lokal dan mi Indomie telah bersertifikat aman untuk dikonsumsi. Mi Taiwan dan Malaysia tidak ada hubungannya dengan produsen lokal kami," kata Direktur Jenderal NAFDAC, Prof Mrs Mojisola Adeyeye dikutip dari Dailypost.
Baca juga: Ramai soal Es Krim Rasa Indomie Goreng, Sempat Dikira April Mop
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia juga telah memastikan bahwa produk mi instan merek Indomie yang beredar di Indonesia aman.
Menurut BPOM, kadar etilen oksida (EtO) yang ditemukan pada produk Indomie di Taiwan masih jauh di bawah batas normal ketentuan di Indonesia, yakni 0,187 mg per kg atau setara dengan 0,34 ppm.
Sebagai informasi, Batas Maksimal Residu (BMR) EtO sesuai aturan di Indonesia adalah sebesar 85 ppm.
Sementara itu, penarikan Indomie di Taiwan dikarenakan negara itu tidak mengizinkan kandungan EtO pada pangan.
"Dengan demikian, kadar 2-CE yang terdeteksi pada sampel mi instan di Taiwan (0,34 ppm) masih jauh di bawah BMR 2-CE di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada," ujar BPOM dalam keterangan resminya sebagaimana dikutip dari Kompas.com (28/4/2023)
"Oleh karena itu, di Indonesia produk mi instan tersebut aman dikonsumsi karena telah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk sebelum beredar," ujar pernyataan lebih lanjut.
Perbedaan standar itu menurut BPOM dikarenakan belum adanya aturan baku mengenai batas maksimal residu EtO yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC).
CAC merupakan sebuah organisasi standar pangan internasional di bawah World Health Organization/Food and Agriculture Organization (WHO/FAO).
"Beberapa negara pun masih mengizinkan penggunaan EtO sebagai pestisida," ujar BPOM.
Baca juga: BPOM Pastikan Indomie Aman Dikonsumsi, Berapa Batas Aman Etilen Oksida?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.