Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Kasus Meningkat 5 Tahun Terakhir, Apa Itu Sifilis atau Raja Singa?

Kompas.com - 11/05/2023, 21:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2016-2022), penyakit sifilis atau raja singa cenderung mengalami peningkatan.

Penambahan kasus setiap tahun rata-rata mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.

Juru Bicara Kemenkes Muhammad Syahril mengatakan, meningkatnya kasus sifilis di Indonesia dikarenakan presentase pengobatan pada pasien masih rendah.

Menurutnya, baik sifilis maupun kasus HIV di Indonesia saat ini didominasi oleh ibu rumah tangga.

Untuk kasus sifilis, pada pasien ibu hamil presentase yang diobati hanya 40 persen.

Sisanya, sekitar 60 persen tak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan, serta menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.

“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25% ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata Syahril dikutip dari laman Kemenkes, Senin (8/5/2023).

Lantas, sebenarnya apa itu penyakit sifilis dan apa saja gejalanya?

Baca juga: Benarkah Banyak Bekas Luka di Lengan Termasuk Gejala Sifilis?

Apa itu sifilis?

Dikutip dari laman CDC, sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang bisa menyebabkan masalah kesehatan serius jika dibiarkan tanpa pengobatan.

Infeksi ini bisa berkembang secara bertahap, dan setiap tahap memiliki gejala yang berbeda.

Sebagaimana dilansir dari MayoClinic, sifilis merupakan infeksi bakteri yang biasanya disebarkan melalui kontak seksual.

Penyakit tersebut dimulai dengan luka yang tidak terasa nyeri dan biasanya muncul pada alat kelamin, rektum ataupun mulut.

Bakteri penyebab timbulnya penyakit sifilis ini menurut WebMd yakni bakteri Treponema pallidum.

Sifilis dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak kulit ataupun selaput lendir.

Setelah infeksi awal, bakteri sifilis bisa tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum akhirnya menjadi aktif kembali.

Jika dibiarkan, penyakit ini bisa merusak jantung, otak, atau organ lain yang bisa mengancam jiwa.

Baca juga: 4 Tahap Infeksi Sifilis dan Tanda-tandanya

Bagaimana sifilis menular?

Seseorang dapat tertular sifilis melalui kontak langsung dengan luka sifilis selama berhubungan seks vaginal, anal atau oral.

Sifilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anak yang belum lahir. Selain itu, sifilis juga bisa ditularkan melalui kontak biasa dengan benda-benda berikut:

  • Dudukan toilet
  • Gagang pintu
  • Kolam renang
  • Bak air panas
  • Bak mandi
  • Berbagi pakaian atau alat makan

Adapun sejumlah risiko yang dapat menyebabkan penyebaran sifilis yakni sebagai berikut:

  • Berhubungan seks tanpa pengaman
  • Memiliki banyak pasangan seks
  • Memiliki HIV
  • Berhubungan seks pria dengan pria

Baca juga: Sifilis Rusak Wajah Wanita pada 500 Tahun Lalu, Ini Penampakannya

Cara mengurangi risiko sifilis

Cara terbaik menghindari sifilis adalah tidak melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral.

Namun jika aktif secara seksual maka hal-hal yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko yakni:

  • Setia dengan pasangan
  • Menggunakan kondom pada hubungan yang berisiko

Gejala sifilis

Gejala sifillis akan muncul dalam beberapa tahap yakni sebagai berikut:

1. Tahap primer

Tahap awal hanya akan muncul satu luka atau banyak luka dengan rasa sakit di lokasi di mana sifilis masuk tubuh.

Rasa sakit tersebut dapat muncul di dalam atau di atas, atau sekitar:

  • Penis
  • Vagina
  • Dubur
  • Bibir
  • Di dalam mulut

Karena luka biasanya tidak terlalu menyakitkan, maka kemungkinan Anda tidak menyadarinya.

Sakit biasanya berlangsung 3 hingga 6 minggu dan sembuh baik dengan atau tanpa pengobatan.

Meski demikian, penderita tetap harus mendapatkan perawatan untuk menghentikan infeksi berkembang ke tahap sekunder.

Baca juga: Gejala HIV dari Waktu ke Waktu, Ini Tahapannya

2. Tahap sekunder

Saat tahap sekunder kemungkinan akan muncul ruam kulit dan atau luka di mulut, vagina atau anus.

Ruam biasanya muncul pada satu atau lebih area tubuh, dan muncul saat luka utama sembuh.

Ruam dapat muncul di telapak tangan dan atau kaki. Ruam seringkali tak gatal dan sangat samar sehingga mungkin tak disadari.

Sejumlah gejala yang bisa muncul yakni:

  • Demam;
  • Kelenjar getah bening bengkak;
  • Sakit tenggorokan;
  • Rambut rontok tambal sulam;
  • Sakit kepala;
  • Penurunan berat badan;
  • Nyeri otot; 
  • Kelelahan

3. Tahap laten

Tahap ini tak ada gejala yang muncul. Tanpa pengobatan, sifilis bisa terus ada di tubuh selama bertahun-tahun.

4. Tahap tersier

Kebanyakan orang dengan sifilis yang tidak diobati tak mengembangkan sifilis tersier.

Namun, jika hal ini muncul maka bisa berpengaruh pada sistem organ seperti jantung, pembuluh darah, hingga otak dan sistem saraf.

Sifilis tersier sangat serius dan dapat terjadi 10 hingga 30 tahun setelah terinfeksi.

Baca juga: Viral, Twit soal Ranjang RS Dilapisi Plastik Disebut Diskriminasi Pasien HIV, Ini Kata Dokter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com