KOMPAS.com - HIV masih menjadi perhatian bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. HIV memiliki beberapa tahap infeksi, mulai dari gejala awal hingga AIDS.
HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Saat ini tidak ada obat untuk HIV.
Namun terapi pengobatan antiretroviral dapat digunakan untuk mengurangi dampak dari gejala. Terapi ini sudah digunakan sejak akhir 1980-an.
Dilansir Healthline, pada sebagian besar kasus, begitu seseorang tertular HIV, virus tetap berada di dalam tubuh seumur hidupnya.
Lantas bagaimana gejalanya?
Gejala HIV tidak seperti gejala infeksi virus pada umumnya karena munculnya secara bertahap.
Jika tidak diobati, penyakit yang disebabkan oleh infeksi ini memiliki tiga fase. Masing-masing memiliki potensi gejala dan komplikasi yang berbeda-beda.
Baca juga: Ribuan IRT di Jateng Terinfeksi HIV, Kapan dan Berapa Kali Sebaiknya Melakukan Tes?
Tahap pertama yang terlihat adalah infeksi HIV primer. Tahap ini juga disebut sindrom retroviral akut (ARS), atau infeksi HIV akut.
Tahap ini biasanya menyebabkan gejala seperti flu. Jadi seseorang pada tahap ini mungkin berpikir bahwa mereka menderita flu parah atau penyakit lain. Selain itu demam juga jadi gejala yang paling umum.
Gejala lain pada tahap ini antara lain:
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), gejala HIV primer mungkin muncul 2 sampai 4 minggu setelah paparan awal.
Gejala tersebut dapat bertahan selama beberapa minggu. Namun, beberapa orang mungkin hanya memiliki gejala selama beberapa hari.
Meskipun virus bereplikasi dengan cepat dalam minggu-minggu setelah tertular, gejala pada HIV awal hanya cenderung muncul jika tingkat kerusakan sel tinggi.
Ini tidak berarti bahwa kasus HIV tanpa gejala kurang serius atau orang tanpa gejala tidak dapat menularkan virus ke orang lain.
Setelah paparan awal dan kemungkinan infeksi primer, HIV dapat bertransisi ke tahap infeksi laten klinis. Karena kurangnya gejala pada beberapa orang, ini juga disebut sebagai infeksi HIV tanpa gejala.