Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Puncak dan Berakhirnya Suhu Panas di Indonesia? Ini Kata BMKG

Kompas.com - 28/04/2023, 09:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia mengalami suhu panas pada beberapa waktu terakhir ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa penyebab suhu panas di Indonesia disebabkan karena adanya gerak semu Matahari.

Gerak semu Matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Potensi suhu udara panas seperti itu dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Baca juga: BMKG Sebut Indonesia Tidak Alami Gelombang Panas, Ini Alasannya

Lantas kapan suhu panas di Indonesia mencapai puncak dan kapan suhu panas tersebut akan berakhir?


Baca juga: Suhu Panas di Indonesia: Penyebab, Dampak, dan Kapan Puncaknya?

Penjelasan BMKG

Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan bahwa Indonesia berada di wilayah tropis, di mana sepanjang tahun suhu temperatur rata-ratanya adalah 25 derajat Celsius di pagi hari dan 33-34 derajat Celsius di siang hari.

Meskipun demikian, ada dua periode dalam satu tahun ketika Matahari melintas dan mendekati Khatulistiwa.

"Sebagai efeknya, misal ketika Matahari melintasi mendekati khatulistiwa pada akhir Maret, maka dua bulan berikutnya yaitu April dan Mei suhu atau temperatur di sekitar wilayah Indonesia itu akan naik dan terasa lebih panas," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (28/4/2023).

"Namun memang ada jedanya dan tidak naik secara langsung. Itu kalau kita sebut adalah salah satu akibat dari gerak semu Matahari," sambungnya.

Ia menyampaikan bahwa biasanya Matahari akan melintas di khatulistiwa pada Maret dan September setiap tahunnya.

"Jadi, periode panas yang dirasakan sekarang di Indonesia akhir-akhir ini adalah konsekuensi dari gerak semu Matahari yang berlangsung biasanya pada April dan Mei setiap tahunnya yang berakibat pada temperatur suhu menjadi lebih hangat dari biasanya," tandasnya.

Baca juga: 5 Penyebab Suhu Panas di Indonesia Menurut BMKG

Dampak suhu panas

Ilustrasi cuaca panas di dalam ruangan. SHUTTERSTOCK/FIZKES Ilustrasi cuaca panas di dalam ruangan.
Dampak dari adanya suhu panas tersebut yakni masyarakat jelas lebih merasa gerah. Hal tersebut terjadi karena suhu cuaca menjadi sedikit lebih tinggi dari biasanya.

Selain itu, gerah yang dirasakan oleh masyarakat juga terjadi karena uap air dari transisi musim hujan ke musim kemarau.

"Jadi ketika temperatur suhu naik, lalu kelembapan udara juga masih tinggi, maka itu membuat rasa tidak nyaman yang akhirnya dirasakan masyarakat menjadi gerah," ungkapnya.

Kendati demikian, Ardhasena menyampaikan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini tidak berhubungan dengan kemarau.

"Cuaca panas ini bukan merupakan sebab akibat dengan adanya kemarau, karena kemarau itu merupakan salah satu musim yang pasti akan terjadi," jelasnya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com