Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Hipertensi Pulmonal: Jenis, Penyebab, hingga Pengobatannya

Kompas.com - 10/04/2023, 08:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.comHipertensi pulmonal atau hipertensi paru adalah jenis tekanan darah tinggi yang memengaruhi arteri di paru-paru.

Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah miskin oksigen dari jantung ke paru-paru.

Hipertensi pulmonal ini akan menyebabkan arteri menjadi sempit dan memicu jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.

Biasanya, hipertensi jenis ini disebabkan oleh komplikasi dari penyakit jantung atau penyakit paru-paru. Namun tidak memungkiri penyebab lingkungan juga dapat memicu hipertensi paru.

Lantas apa saja jenis, penyebab, diagnosis, gejala, faktor risiko, dan pengobatannya?

Baca juga: Hipertensi pada Lansia: Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan

Jenis hipertensi pulmonal

Dilansir dari ClevelandClinic, hipertensi pulmonal dapat dibagi menjadi lima jenis pengelompokkan berdasarkan penyebab yang meliputi:

  • Grup 1 hipertensi pulmonal karena pulmonary artery hypertension (PAH)

PAH membuat arteri pulmonal menjadi sempit, tebal, atau kaku.

Sehingga lebih sedikit darah yang dapat mengalir, yang meningkatkan tekanan di arteri paru-paru.

  • Grup 2 hipertensi pulmonal karena penyakit jantung sisi kiri

Jika terdapat masalah pada sisi kiri jantung, itu akan memengaruhi sisi kanan jantung dan seluruh siklus paru-paru.

Kemudian darah kembali ke jantung, meningkatkan tekanan di arteri paru-paru.

  • Grup 3 hipertensi pulmonal karena penyakit paru-paru atau hipoksia

Masalah paru-paru tertentu menyebabkan arteri di paru-paru menjadi kencang.

Sehingga darah yang mengalir melalui paru-paru menjadi sedikit dan meningkatkan tekanan di arteri paru-paru.

  • Grup 4 hipertensi pulmonal karena penyumbatan di paru-paru

Gumpalan darah atau bekas lukanya mencegah darah mengalir secara normal melalui paru-paru.

Itu menyebabkan meningginya tekanan pada sisi kanan jantung dan meningkatkan tekanan darah paru-paru.

  • Grup 5 hipertensi pulmonal karena gangguan lain

Hipertensi paru terjadi bersamaan dengan kondisi lain seperti kelainan darah atau gangguan metabolisme.

Namun, pengaruh pastinya belum diketahui secara jelas.

Baca juga: Ketahui Hipertensi pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan

Penyebab hipertensi pulmonal

Penyebab munculnya hipertensi pulmonal sangat beragam, sehingga dibagi menjadi lima kelompok utama, yakni:

1. Grup 1 hipertensi pulmonal karena pulmonary artery hypertension (PAH)

  • Penyakit jantung bawaan
  • Pil diet seperti "fen-phen" (yang dapat menyebabkan PAH bertahun-tahun setelah digunakan)
  • Mutasi genetik
  • Penyakit penyimpanan glikogen
  • HIV
  • Penyakit hati
  • Lupus
  • Hipertensi portal
  • Hemangiomatosis kapiler paru
  • Penyakit veno-oklusif paru
  • Schistosomiasis
  • Skleroderma
  • Narkoba seperti methamphetamine.

Namun beberapa kasus, PAH muncul tanpa penyebab yang jelas (disebut dengan idiopatik).

2. Grup 2 hipertensi pulmonal karena penyakit jantung sisi kiri

  • Penyakit katup aorta
  • Gagal jantung sisi kiri
  • Hipertrofi ventrikel kiri
  • Penyakit katup mitral

3. Grup 3 hipertensi pulmonal karena penyakit paru-paru atau hipoksia

  • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
  • Penyakit paru interstisial
  • Apnea tidur obstruktif

4. Grup 4 hipertensi pulmonal karena penyumbatan di paru-paru

  • Chronic thromboembolic pulmonary hypertension (CTEPH)

5. Grup 5 hipertensi pulmonal karena gangguan lain

  • Penyakit Gaucher
  • Penyakit ginjal
  • Histiocyctosis sel Langerhans
  • Sarkoidosis
  • Penyakit tiroid
  • Tumor

Baca juga: Bisa Mengancam Kandungan, Ketahui Hipertensi pada Ibu Hamil

Diagnosis hipertensi pulmonal

Untuk memastikan seseorang menderita hipertensi paru, dokter akan memeriksa dan menanyakan gejala, kondisi medis, obat-obatan, faktor risiko, dan riwayat keluarga.

Dikutip dari HealthDirect, berikut tes dan prosedur yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis hipertensi paru yang meliputi:

  • Elektrokardiogram (EKG)
  • Rontgen dada
  • Ekokardiogram
  • Pemeriksaan fungsi paru
  • CT scan dada
  • Magnetic Reconance Imaging (MRI) dada
  • Angiogram paru
  • Tes berjalan untuk memastikan kapasitas saat latihan
  • Studi tidur untuk memastikan level oksigen
  • Tes darah

Baca juga: Kenapa Hipertensi Disebut Silent Killer?

Ilustrasi hipertensi, penyebab hipertensi, konsumsi garam berlebihan bisa jadi salah satu faktor penyebab hipertensi.  Shutterstock/Sharif Pavlov Ilustrasi hipertensi, penyebab hipertensi, konsumsi garam berlebihan bisa jadi salah satu faktor penyebab hipertensi.

Gejala hipertensi pulmonal

Gejala dari hipertensi ini berkembang secara perlahan, sehingga seseorang baru akan menyadari bahwa ia menderita hipertensi ini setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya.

Dikutip dari MayoClinic, berikut gejala hipertensi paru:

  • Bibir dan kulit membiru (sianosis)
  • Tekanan atau nyeri di dada
  • Pusing bahkan pingsan (sinkop)
  • Denyut nadi cepat atau detak jantung berdebar (palpitasi)
  • Kelelahan
  • Sesak napas (dyspnea) saat berolahraga
  • Pembengkakan (edema) di pergelangan kaki, tungkai, dan di area perut atau abdomen.

Baca juga: Apa Saja Gejala Umum Hipertensi?

Faktor risiko hipertensi pulmonal

Faktor risiko utama dari hipertensi paru adalah seseorang yang berusia 30 hingga 60 tahun, sehingga hipertensi jenis ini sering ditemui pada usia tersebut.

Selain usia, faktor risiko terjadinya hipertensi paru antara lain:

  • Riwayat keluarga
  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Gangguan pembekuan atau penggumpalan darah
  • Paparan asbes
  • Penyakit jantung bawaan
  • Penggunaan obat-oabatan tertentu, yakni obat penurun berat badan dan obat terlarang seperti kokain atau methamphetamine
  • Penggunaan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang digunakan untuk mengobati depresi dan kecemasan.

Baca juga: 9 Faktor Risiko Hipertensi yang Perlu Diwaspadai

Komplikasi hipertensi pulmonal

Potensi komplikasi hipertensi paru sebagai berikut:

  • Pembesaran jantung sisi kanan dan gagal jantung (cor pulmonale)
  • Pembekuan darah
  • Detak jantung tidak teratur (aritmia)
  • Pendarahan di paru-paru
  • Komplikasi kehamilan yang bisa mengancam nyawa bayi yang dikandung.

Baca juga: 8 Komplikasi Hipertensi yang Harus Diwaspadai

Pengobatan hipertensi pulmonal

Jika seseorang didiagnosis menderita hipertensi paru, dokter akan berbicara kepada pasien untuk meminta menjaga pola hidup yang sehat atau pilihan pengobatan yang bisa dilakukan.
Pola hidup sehat tersebut meliputi:

  • Konsumsi makanan sehat dan bergizi
  • Berhenti merokok
  • Kurangi konsumsi alcohol
  • Istirahat yang cukup
  • Menjaga berat badan yang ideal

Sedangkan dikutip dari WebMD, pengobatan pertama yang bisa dilakukan dengan terapi oksigen, membantu untuk menghindari sesak napas dan memiliki kadar oksigen rendah dalam darah.

Jika berisiko mengalami pembekuan darah, dokter akan merekomendasikan obat pengencer darah atau obat untuk meningkatkan seberapa baik jantung untuk bekerja.

Apabila seseorang memiliki hipertensi paru yang parah, dokter mungkin meresepkan obat penghambat saluran kalsium untuk menurunkan tekanan darah.

Dokter akan memberikan obat untuk membuka pembuluh darah yang menyempit jika penghambat saluran kalsium tidak cukup.

Obat tersebut berupa pil (ambrisentan, bocentan, macitentan, riociguat, selexipag, sildenafil, tadalafil, Treprostinil), inhaler (iloprost tromethamine, Treprostinil), dan obat infus (natrium epoprostenol, Treprostinil).

Dalam kasus yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu, dokter akan merekomendasikan transplantasi paru-paru atau prosedur yang disebut septosomi atrium.

Namun operasi tersebut mempunyai efek samping yang serius.

Baca juga: 10 Cara Mencegah dan Meredakan Hipertensi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com