KOMPAS.com – Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi di aman tekanan darah di atas ambang batas normal.
Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia dan bisa diderita oleh siapa saja, termasuk ibu hamil.
Hipertensi pada ibu hamil dapat mengancam nyawa sang ibu dan juga bayi yang dikandung jika tidak segera ditangani.
Terkadang, hipertensi sudah diderita oleh sang ibu sebelum ia hamil.
Berikut jenis, gejala, faktor risiko, komplikasi, pencegahan, dan pengobatan hipertensi pada ibu hamil:
Baca juga: Waspadai Silent Killer Hipertensi, Simak Gejala, Penyebab, hingga Pengobatannya
Dikutip dari ClevelandClinic, jenis dari hipertensi ini dikategorikan sesuai dengan perkembangan dari awal kehamilan sebagai berikut:
Hipertensi ini berkembang sebelum atau selama 20 minggu pertama kehamilan.
Karena hipertensi umumnya tidak memiliki gejala, maka mungkin sulit untuk mengetahui secara pasti kapan kondisi tersebut mulai terjadi.
Hipertensi ini terjadi pada fase akhir dari kehamilan.
Beberapa orang dengan hipertensi ini akan terus berkembang menjadi preeklampsia.
Merupakan suatu kondisi yang hanya ditemukan pada paruh kedua kehamilan, biasanya setelah 27 minggu kehamilan.
Dokter akan mendiagnosis kondisi ini jika ibu hamil mengalami peningkatan darah dan terdapat protein pada kencingnya.
Preeklampsia dapat memengaruhi hati, ginjal, paru-paru, otak serta plasenta sang ibu. Ketika ini memengaruhi otak, maka akan berisiko mengalami kejang (eklampsia).
Baca juga: Apa Saja Gejala Umum Hipertensi?
Dalam beberapa kasus, akan muncul beberapa gejala yang mungkin menjadi tanda bahwa kehamilannya mengalami hipertensi, yakni:
Jika muncul gejala seperti yang disebutkan, sebaiknya berkonsultasi kepada dokter untuk memastikan apakah mengalami hipertensi atau tidak.