DAI lebih sering terjadi pada kecelakaan traumatis berenergi tinggi di mana otak berputar atau bergerak maju atau mundur di dalam tengkorak.
Biasanya, jenis trauma ini melibatkan gerakan percepatan dan perlambatan.
Jika kekuatan ini cukup kuat, mereka dapat merusak akson, menyebabkan interkoneksi saraf ini tidak berfungsi atau terputus dan memengaruhi banyak area otak.
DAI umumnya memengaruhi area otak yang mengandung akson:
Penyebab utama DAI meliputi:
Dikutip dari Healthline, gejala umum DAI adalah kehilangan kesadaran yang biasanya berlangsung enam jam atau lebih. Jika DAI ringan, orang mungkin tetap sadar tetapi menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak lainnya.
Gejala-gejala ini bisa sangat bervariasi, karena bergantung pada area otak mana yang rusak, beberapa meliputi:
Mereka dengan DAI yang lebih parah dapat mengalami kehilangan kesadaran dan tetap dalam keadaan vegetatif. Manifestasi neurologis lain dari DAI dapat mencakup disautonomia.
Istilah ini menggambarkan ketika sistem saraf otonom tidak bekerja sebagaimana mestinya. Gejalanya mungkin termasuk:
Tindakan segera yang diperlukan dalam kasus DAI adalah mengurangi pembengkakan di dalam otak, karena hal ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Dalam kasus tertentu, rangkaian steroid akan diberikan untuk mengurangi pembengkakan.
Tidak ada operasi yang tersedia untuk orang yang mengalami DAI. Jika cederanya parah, ada kemungkinan keadaan vegetatif atau bahkan kematian. Namun jika DAI ringan hingga sedang, rehabilitasi dapat dilakukan.
Program pemulihan akan tergantung pada individu, tetapi mungkin termasuk:
Nah, itu lah penjelasan mengenai diffuse axonal injury, kondisi yang dialami korban penganiyaan yang dialami anak kader GP Ansor, D (17).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.