Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Apa Kabar Pengelolaan Mangrove di Indonesia?

Kompas.com - 09/02/2023, 10:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SHOWCASE mangrove atau hutan bakau dalam acara G20 di Bali tahun lalu sangat membanggakan bagi Indonesia karena banyak dipuji para pemimpin G20. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pemimpin KTT G20 berkeliling hutan mangrove Tahura Ngurah Rai pada 16 November 2022.

Jokowi dengan antusias menjelaskan kepada para delegasi bahwa Tahura merupakan pekerjaan konkret karena tempat itu bisa menampung 6 juta bibit bakau. Tahura Ngurah Rai adalah contoh success story bagaimana seharusnya hutan mangrove ditanam, diperbaiki, dipelihara. Area itu sebelumnya adalah area tambak ikan, area terabrasi.

Sekarang lokasi itu menjadi rumah bagi 33 spesies mangrove yang juga menjadi rumah bagi lebih dari 300 fauna seperti ikan, udang, burung, monyet, ular, semuanya bisa hidup di hutan mangrove.

Baca juga: Jokowi Sebut Pemimpin Dunia Kaget Lihat Tahura Mangrove

Presiden mengatakan banyak yang kaget atas capaian Indonesia dan keseriusan dalam mendukung perubahan iklim.

"Mereka banyak yang kaget bahwa kita sudah melakukan sejauh ini. Mereka mengatakan ini adalah sebuah pekerjaan yang konkret karena di sini memiliki kapasitas 6 juta bibit. Itu baru satu lokasi tadi saya sampaikan, kita tahun depan akan memiliki 33 lokasi, sekarang 5 sudah selesai yang sisanya dalam proses berjalan," kata Jokowi ketika itu.

Hampir seperempat mangrove dunia yang masih ada – dari sekitar 14 juta hektar- berada di Indonesia. Data terbaru Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Harian Kompas, 04/08/2022), menyebutkan bahwa total luas habitat ekosistem mangrove Indoensia 4.120.263 ha, yang terdiri dari habitat ekosistem mangrove yang masih (exsisting) 3.364.080 ha dan potensi habitat mangrove seluas 756.183 ha.

Mangrove exsisting terdiri dari ekosistem mangrove yang lebat (3.121.240 ha), sedang (188.366 ha), dan jarang (54.474 ha). Sementara potensi habitat mangrove terdiri dari areal terabrasi, lahan terbuka, mangrove terabrasi, tambak dan tanah timbul (akresi).

Mangrove yang secara legal masuk dalam kawasan hutan seluas 2.936.813 ha dan di luar kawasan hutan (areal penggunaan lain/APL) 1.183.449 ha. Uniknya lagi, dalam kawasan hutan juga dibagi lagi sesuai kawasan fungsinya sebagaimana ekosistem hutan yang berada di daratan yakni hutan konservasi (HK) 797.109 ha, hutan lindung (HL) 991.456 ha, dan hutan produksi (HP) 1.148.248 ha.

Mangrove menyedot perhatian banyak pihak ketika karbon biru diperkenalkan lebih dari satu dekade lalu. Posisinya yang unik, yang berada di kawasan pesisir dan menyimpan sejumlah besar cadangan karbon (3-5 kali dari cadangan karbon hutan daratan yang terlebat) membuat mangrove memiliki peran ganda dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Hutan sekunder mangrove mampu menyimpan karbon 54,1 – 182,5 ton karbon dalam setiap ha.

Mangrove memiliki potensi besar untuk mengatasi dampak kenaikan muka laut bagi penduduk dan kawasan pesisir yang landai. Selain itu, bersama-sama dengan hutan gambut, cadangan karbon yang besar kawasan mangrove merupakan calon utama untuk mencapai target penurunan emisi dalam agenda Nationallity Determined Contributions (NDC) apabila emisi dapat dihindari.

Masalahnya sekarang bagi Indonesia adalah masih banyak kawasan mangrove yang rusak dan perlu untuk direhabilitasi dalam bentuk kegiatan penanaman baru (revegetasi). Habitat mangrove yang telah rusak dan perlu direhabilitasi kembali seluas 756.182 ha, yang terdiri terdiri dari mangrove yang rusak dalam kawasan hutan 756.182 ha (HK 48.838 ha, HL 83.732 ha, HP 132.570 ha) dan mangrove yang rusak di areal APL 480.651 ha.

Masalah lain (seperti pembiayaan, tata ruang mangrove, regulasi) yang menjadi hambatan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, secara simultan harus segera dibenahi untuk mendukung keberhasilan rehabilitasi mangrove.

Suasana di Taman Mangrove KetapangTaman Mangrove Ketapang Suasana di Taman Mangrove Ketapang
Masalah Teknis Lapangan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya menegaskan, saat ini Indonesia sudah memiliki satu peta mangrove dengan proyeksi karbon biru hingga mencapai lebih dari 3,3 miliar ton. Di sisi lain, pengurangan emisi tahunan karbon biru sebanyak 10-31 persen memberikan kesempatan yang sangat baik untuk Indonesia dalam melakukan akselerasi upaya mitigasi perubahan ikilm sekaligus meningkatkan komitmen dalam dokumen kontribusi nasional (NDC) (Kompas, 19/04/2022).

Sepanjang tahun 2010-2019, Indonesia telah menanam mangrove seluas lebih dari 45.000 hektar. Sementara tahun 2020, penanaman mangrove kembali dilakukan seluas 39.970 hektar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), serta pihak-pihak terkait lainnya.

Baca juga: Ribuan Mangrove di Batam Ditebang secara Ilegal, Dijadikan Bahan Baku Arang

Sementara itu, melalui program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) semasa pandemi, percepatan rehabilitasi mangrove tahun 2021 mencapai 34.000 hektar. Total keseluruhan kawasan mangrove yang telah direhabilitasi dari tahun 2010 hingga 2021 seluas 118.970 hektar.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com