Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Mikrosefalus, Kelainan yang Sebabkan Kepala Bayi Berukuran Kecil

Kompas.com - 30/01/2023, 18:45 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memperhatikan tumbuh kembang si kecil adalah hal yang penting dilakukan oleh orang tua.

Dengan memperhatikan tumbuh kembang buah hati, orang tua bisa segera mengetahui apakah pertumbuhan si kecil normal atau tidak.

Salah satu kondisi yang tidak wajar dalam perkembangan anak yakni kelainan mikrosefalus atau mikrosefali.

Sebenarnya, kondisi ini bisa terdeteksi saat bayi masih dalam kandungan melalui USG. Namun dalam beberapa kasus, kondisi ini baru diketahui saat tahap perkembangan si kecil usai kelahirannya.

Lantas apa sebenarnya mikrosefalus?

Baca juga: Kisah Pilu Bocah 1 Tahun di Manggarai Barat Idap Hidrosefalus, Keluarga Tak Punya Biaya Berobat

Apa itu mikrosefalus?

Dikutip dari laman Kemkes, mikrosefalus merupakan kelainan yang membuat kepala bayi berukuran lebih kecil dibandingkan ukuran normal.

Kondisi mikrosefalus bisa terjadi sejak bayi lahir, namun ia juga dapat muncul seiring dengan masa pertumbuhannya.

Dikutip dari laman CDC, selama kehamilan seharusnya kepala bayi tumbuh karena otak bayi juga mengalami pertumbuhan.

Namun pada mikrosefalus, otak belum berkembang dengan baik saat kehamilan, atau berhenti tumbuh setelah bayi lahir sehingga kemudian kepala menjadi lebih kecil.

Bahkan pada mikrosefalus yang parah, bisa terjadi ukuran kepala bayi jauh lebih kecil dari  ukuran normal.

Pada kondisi mikrosefali parah, otak belum berkembang baik selama kehamilan, atau otak mulai berkembang namun kemudian rusak di beberapa titik saat kehamilan.

Baca juga: Mikrosefali dan Efeknya pada Perkembangan Bayi


Penyebab mikrosefalus

Ada sejumlah sebab mengapa anak bisa mengalami mikrosefalus. 

Sejumlah penyebab mikrosefalus ini yakni:

  • Infeksi pada ibu hamil akibat toksoplasmosis, Campylobacter pylori, cytomegalovirus, herpes, rubella, sifilis, HIV, hingga virus Zika.
  • Kelainan genetik seperti down syndrom atau sindrom angelman.
  • Kekurangan nutrisi pada ibu hamil atau janin.
  • Paparan zat berbahaya saat hamil seperti logam arsenik atau merkuri, alkohol, rokok, radiasi atau NAPZA.
  • Komplikasi saat kehamilan atau persalinan seperti cerebral anoxia (kekurangan pasokan oksigen ke otak janin).
  • Cacat bawaan lahir seperti fenilketonuria (kondisi tubuh tak mampu mengurai asam amino fenilalanin).

Baca juga: Viral, Foto Bayi Dikerokin, Berbahayakah? Ini Penjelasan Dokter...

Gejala mikrosefalus

Dikutip dari laman Cleverand Clinic, selain kepala yang terlihat lebih kecil dari kepala bayi pada umumnya, berikut ini sejumlah gejala pada mikrosefalus:

  • Teriakan bernada tinggi
  • Masalah makan
  • Masalah pendengaran dan penglihatan
  • Kejang
  • Peningkatan gerakan lengan dan kaki (spastisitas)
  • Hiperaktif (terlalu aktif)
  • Keterlambatan perkembangan, atau masalah belajar berbicara, berdiri, dan berjalan
  • Disabilitas intelektual (kesulitan belajar)

Anak yang mengalami mikrosefalus, seiring bertambahnya usia, akan memiliki wajah yang terus tumbuh sementara tengkoraknya tidak.

Halaman:

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com