Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

Memahami Dampak Metaverse di Dunia Kerja

Kompas.com - 19/01/2023, 11:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAYANGKAN sebuah dunia di mana kita dapat bercakap-cakap di tepi pantai dengan rekan kerja atau berteleportasi dari kantor di Jakarta ke Surabaya tanpa melangkah keluar dari pintu rumah. Coba imajinasikan perasaan kita bisa mengirim "kembaran digital" berkemampuan artificial intelligence (AI) kita ketika tertekan karena banyak rapat. 

Contoh itu merupakan sekilas masa depan pekerjaan yang dijanjikan metaverse, sebuah istilah yang awalnya diperkenalkan penulis Neal Stephenson tahun 1992 untuk menggambarkan dunia realitas virtual. Metaverse belakangan dianggap sebagai jaringan dunia virtual 3-D di mana orang-orang dapat berinteraksi, melakukan bisnis, dan menjalin hubungan sosial melalui "avatar" virtual mereka.

Baca juga: Akankah Metaverse Mampu Mengubah Hidup Kita?

Meskipun masih akan terus berevolusi, metaverse tiba-tiba menjadi bisnis besar, dengan raksasa teknologi dan raksasa game (gim) seperti Meta (sebelumnya Facebook), Microsoft, Epic Games, Roblox, dan lainnya semuanya menciptakan dunia virtual atau metaverse mereka sendiri.

Di Indonesia kampus swasta besar seperti BINUS tidak mau ketinggalan dengan meluncurkan Nusameta bekerja sama dengan WIR Group. Begitu pula Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang mencuri perhatian publik karena mengenalkan RansVerse yang semakin menguatkan dominasi RANS Entertainment di dunia hiburan Tanah Air.

Metaverse menggunakan ensambel besar dari berbagai teknologi, termasuk platform realitas virtual, gim, pembelajaran mesin, blockchain, grafik 3-D, mata uang digital, sensor, dan (dalam beberapa kasus) headset yang mendukung virtual reality (VR).

Bagaimana kita bisa sampai ke metaverse? Banyak solusi metaverse di tempat kerja saat ini tidak memerlukan lebih dari tombol komputer, mouse, dan keyboard. Padahal untuk menikmati pengalaman 3-D penuh, kita masih perlu mengenakan headset berkemampuan VR.

Namun, kemajuan pesat juga terjadi dalam holografi yang dihasilkan komputer yang menghilangkan kebutuhan akan headset, baik dengan menggunakan jendela tampilan virtual yang membuat tampilan holografik dari gambar komputer, atau dengan menggunakan pod holografik yang dirancang khusus untuk memproyeksikan orang dan gambar ke ruang nyata pada sebuah acara atau pertemuan.

Perusahaan seperti Meta memelopori sarung tangan haptic (sentuhan) yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan obyek virtual 3-D dan merasakan sensasi seperti gerakan, tekstur, dan tekanan. Di dalam metaverse, kita dapat menjalin pertemanan, membesarkan hewan peliharaan virtual, merancang barang mode virtual, membeli rumah virtual, menghadiri acara, membuat dan menjual seni digital, dan masih banyak lagi.

Namun, hingga saat ini, implikasi metaverse yang muncul bagi dunia kerja hanya mendapat sedikit perhatian. Namun wabah Covid-19 telah membuat banyak perubahan. Efek pandemi, terutama pembatasan pada pertemuan fisik dan perjalanan, memacu pencarian perusahan akan pengalaman kerja jarak jauh dan hybrid yang lebih otentik, kohesif, dan interaktif.

Metaverse tampaknya akan membentuk kembali dunia kerja setidaknya dalam empat cara utama: bentuk baru kolaborasi tim yang imersif; munculnya rekan digital baru yang mendukung AI; percepatan pembelajaran dan perolehan keterampilan melalui teknologi virtualisasi dan gimifikasi;  dan kebangkitan ekonomi metaverse dengan perusahaan dan peran kerja yang sama sekali baru.

Tempat Kerja Impian ala Metaverse

Metaverse berjanji untuk menghadirkan tingkat baru hubungan sosial, mobilitas, dan kolaborasi ke dunia kerja virtual.

Misalnya, NextMeet yang berbasis di India adalah platform realitas imersif berbasis avatar yang berfokus pada kerja interaktif, kolaborasi, dan solusi pembelajaran. Misinya menghilangkan isolasi dan keterputusan tenaga kerja yang dapat dihasilkan dari pekerjaan jarak jauh dan hybrid.

Misi tersebut lahir dari tantangan banyak perusahaan yang tidak mampu membuat puluhan orang dapat berinteraksi dalam bentuk panggilan video 2-D seperti yang selama ini ditawarkan aplikasi seperti Teams, Google Meet, atau Microsoft Team; maupun banyaknya orang yang tidak suka tampil di depan kamera.

Dengan platform imersif NextMeet, avatar digital karyawan dapat masuk dan keluar dari kantor virtual dan ruang rapat secara real-time, berjalan ke meja bantuan virtual, memberikan presentasi langsung dari mimbar, bersantai dengan rekan kerja di ruang jaringan, atau menjelajah pusat konferensi atau pameran menggunakan avatar yang dapat disesuaikan.

Peserta mengakses lingkungan virtual melalui komputer desktop atau perangkat seluler mereka, memilih atau mendesain avatar mereka, menggunakan tombol keyboard untuk menavigasi ruang: tombol panah untuk bergerak, klik dua kali untuk duduk di kursi, dan seterusnya.

Perusahaan metaverse lainnya menekankan solusi tempat kerja yang membantu mengatasi keletihan "rapat video" dan keterisolasian sosial dari work from home (WFH). PixelMax, perusahaan rintisan yang berbasis di Inggris contohnya.  Perusahaan itu membantu organisasi menciptakan tempat kerja imersif yang dirancang untuk meningkatkan kohesi tim, kesehatan karyawan, dan kolaborasi.

Tempat kerja virtual mereka yang dimasukkan melalui sistem berbasis web di komputer  tidak memerlukan headset. PixelMax menyertakan fitur unggulan seperti pengalaman "bertemu" yang memungkinkan kita dapat melihat avatar rekan kerja secara real-time hingga lebih mudah untuk menghentikan obrolan ketika rapat virtual berlangsung.

PixelMax juga menghadirkan area khusus bagi pengguna untuk beristirahat dengan pengalaman yang berbeda, memungkinkan pengguna memesan makanan atau buku yang dibawa pulang dan barang dagangan lainnya dalam lingkungan virtual dan mengirimkannya ke lokasi fisik kita, plus memampukan kita berjalan-jalan dan menyapu seluruh lantai kantor, melihat di mana rekan kerja berada dan seterusnya. 

Pekerjaan jarak jauh harus kita akui dapat menimbulkan stres. Penelitian Nuffield Health di Inggris menemukan, hampir sepertiga pekerja jarak jauh Inggris mengalami kesulitan dalam memisahkan rumah dan kehidupan kerja. Lebih dari seperempat merasa sulit untuk berhenti saat jam kerja selesai.

Hal yang sama dialami oleh para pekerja di seluruh dunia.  Tempat kerja virtual dapat memberikan demarkasi yang lebih baik antara rumah dan kehidupan kerja, menciptakan sensasi berjalan ke tempat kerja setiap hari, pergi dan mengucapkan selamat tinggal kepada rekan kerja setelah pekerjaan kita selesai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com