Kecelakaan kereta api terparah di Australia ini mengundang perhatian warga sekitar yang ingin melihat dan membantu proses evakuasi.
Kendati begitu, kebanyakan warga sipil yang memenuhi lokasi justru menyulitkan regu penyelamat dalam melakukan tugasnya.
Pada pukul 08.50 waktu setempat, sekitar 1.500 orang telah memadati lokasi hingga berdesak-desakan di dekat rel.
Bahkan, tak sedikit yang menyamar sebagai petugas dan naik ke reruntuhan jembatan untuk melihat lebih dekat.
Bukan hanya menyulitkan, perilaku itu membahayakan nyawa penumpang kereta yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Regu penyelamat pun harus merangkak ke ruang kecil di antara puing-puing jembatan untuk menjangkau para korban.
Hingga pada akhir evakuasi, regu penyelamat mencatat total 83 orang tewas, terdiri dari delapan orang di gerbong satu, 44 orang di gerbong tiga, dan 31 orang di gerbong empat.
Baca juga: Bolehkah Naik Kereta dari Stasiun Berbeda dari yang Tertera di Tiket?
Dikutip dari The New Daily, usai insiden yang menewaskan puluhan nyawa ini, sebuah penyelidikan yang dipimpin hakim ketua Pengadilan Distrik News South Wales, James Staunton dilakukan untuk mengungkap penyebabnya.
Berlangsung mulai Februari 1977, penyelidikan mengungkapkan bahwa insiden kereta api tergelincir di jembatan Bold Street bukan pertama kali terjadi.
Sebelumnya, peristiwa serupa terjadi pada lokomotif kereta api di 1967, serta kereta batu bara pada 1975.
Beragam peristiwa itu dipicu oleh jalur rel kereta yang dilaporkan berada dalam kondisi sangat tidak memuaskan.
Terpantau, rel kereta telah melebar dan berukuran jauh lebih besar dari ukuran standar.
Kondisi ini menyebabkan roda kiri depan lokomotif jatuh ke dalam lintasan dan membuatnya melaju ke penyangga jembatan.
Kecelakaan kereta api di Granville pada 1977 silam pun menjadi berita utama di seluruh dunia dan tercatat sebagai bencana rel terburuk dalam sejarah Australia.
Hingga hari ini, puluhan pekerja layanan darurat dan penyintas masih menderita trauma akan ingatan adegan berdarah itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.