Menurutnya acara ini akan digelar merayakan "Bulan Bung Karno" di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.
“Nanti Bulan Bung Karno, 1 Juni insyallah akan dilakukan konsolidasi itu diadakannya di Gelora Bung Karno,” kata Megawati dikutip dari Kompas.com, Selasa (10/1/2023).
Ia mengatakan sejatinya perayaan HUT ke-50 akan digelar di Stadion GBK, Jakarta. Akan tetapi karena GBK hendak dipakai untuk pertandingan sepak bola maka tak diperbolehkan untuk dipakai.
Baca juga: PDI-P Tegaskan Megawati Tak Kritik Partai Lain soal Pernyataan Dompleng Kader
Dalam kesempatan tersebut, Megawati menyampaikan bahwa keputusan calon presiden (capres) yang akan diusung PDI-P berada di tangannya.
Ia menegaskan bahwa pada pelaksanaan HUT ke-50, PDI-P belum akan mengumumkannya.
"Sekarang nungguin (pengumuman capres), enggak ada, ini urusan gue," kata Megawati dikutip dari Kompas.com, Selasa (10/1/2023).
Ia menyebut, hasil Kongres V PDI-P pada 2019 telah memberikan hak prerogatif kepadanya untuk memutuskan capres dari PDI-P.
"Saya ketua umum terpilih di kongres partai sebagai institusi tertinggi partai, maka oleh kongres partai diberikanlah kepada ketua umum terpilih hak prerogratif untuk menentukan siapa yang akan dicalonkan," kata dia.
Baca juga: Megawati Singgung soal Pemimpin Perempuan, Kode Dukungan buat Puan Jadi Capres?
Dalam kesempatan tersebut, Megawati juga menceritakan mengenai sosok Tasdi, mantan Bupati Purbalingga yang sempat menjadi kader PDI-P. Dirinya menitikkan air mata ketika bercerita.
"Ada sopir truk dia bisa jadi bupati karena dicintai rakyat, namanya Tasdi. Itu bonding-nya," kata Megawati sambil menangis.
Adapun mantan Bupati Purbalingga yang bernama Tasdi yang dimaksud Megawati telah dipecat PDI-P pada Juni 2018 lalu.
Tasdi diberhentikan lantaran terjerat kasus suap dan gratifikasi proyek pembangunan Purbalingga Islamic Center dan divonis 7 tahun penjara pada Februari 2019 lalu. Tasdi telah mendapat remisi dan bebas pada September 2022 kemarin.
Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Selasa (10/1/2023), Megawati juga menceritakan mengenai mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo.
Mega menyebut Rudy dulunya preman yang banyak berkelahi dengan orang sampai akhirnya masuk PDI-P.
Dirinya juga meneteskan air mata saat bercerita.
"Saya yang suka nangis. Ini kayak gini aja mau nangis," ujar Mega
Berangkat dari cerita tersebut Megawati menegaskan seluruh kader PDI-P harus bersatu.
Baca juga: Merasa Disindir Megawati, PSI Minta Maaf Telah Dukung Ganjar Jadi Capres
Megawati sempat berkelakar dan mengaku dirinya tak hanya pintar, namun juga cantik dan kharismatik.
Mulanya, Megawati menceritakan sejarah PDI-P saat masih bernama PDI. Ketika itu partainya dilanda dualisme kepemimpinan yang menghadapkan Megawati dengan Soerjadi. Menurutnya kepemimpinannya sempat tak diakui oleh pemerintahan Orde Baru.