KOMPAS.com - Pada Sabtu (3/12/2022) gempa bumi berkekuatan M 6,4 mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Episenter gempa terletak di darat, tepatnya di wilayah Mekarmukti, Garut dengan kedalaman 109 kilometer dan termasuk jenis gempa menengah.
Gempa tersebut bahkan dirasakan hingga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sehari kemudian, tiga gempa mengguncang wilayah Tasikmalaya dengan kekuatan M 2,8 dan M 2,9.
Karena episenter berada di darat dan kedalaman 10 kilometer, warga pun mengaku guncangan gempa terasa begitu kuat.
Padahal, wilayah tersebut belum sepenuhnya pulih dari gempa Cianjur pada 21 November 2022 yang menelan ratusan korban jiwa.
Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya 447 gempa di wilayah Jawa Barat sepanjang November 2022.
Baca juga: 2 Minggu Gempa Cianjur, 8 Korban Belum Ditemukan, 334 Meninggal, 384 Gempa Susulan
Lantas, benarkah gempa besar kerap terjadi di akhir tahun?
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, tak ada pola waktu tertentu pada aktivitas kegempaan.
Menurutnya, proses alam kebumian bersumber dari endogen atau dalam bumi, sehingga tak bisa dipolakan dengan mudah.
"Kalau aktivitas kebumian tidak bisa seperti itu, berdasarkan proses alam di dalam bumi yang itu tidak mudah dimodelkan," kata Daryono kepada Kompas.com, Senin (5/12/2022).
Namun, BMKG hanya dapat memetakan tempat-tempat tertentu yang biasanya kerap diguncang gempa.
Misalnya, gempa di Aceh, utara Sumatera, Selat Sunda, Jawa Bali, NTT, utara Sulawesi, Maluku, dan Papua.
"Pola-polanya itu berdasarkan sumber-sumber gempa yang ada, apakah itu megathrust, sesar-sesar aktif yang itu merupakan bagian dari rekahan dalam lempeng," jelas dia.
"Artinya pola-polanya di situ saja. Kemudian gunung api, pasti berdampingan dengan tumbukan lempeng, itu sudah jelas," lanjutnya.
Baca juga: Mengapa Belakangan Jawa Barat Sering Diguncang Gempa? Ini Penjelasannya
Daryono menuturkan, BMKG juga bisa mengenali potensi gempa dan tsunami pada tempat-tempat tertentu berdasarkan periodisitas kejadian.
Gempa dan tsunami Aceh 2024 misalnya, suatu saat akan terulang kembali. Namun, tak ada yang bisa memprediksi waktu tepatnya.
"Itu berlaku bagi sumber gempa lainnya atau sesar-sesar aktif, seperti pembangkit gempa Cianjur atau sesar Opak di Jogja," ujarnya.
Daryono sebelumnya juga pernah membuat data statistik terkait tsunami yang ada di Indonesia.
Hasilnya, tsunami memang lebih sering terjadi pada akhir dan awal tahun, berdasarkan data statistik.
"Tapi apakah itu ada polanya, ya belum diteliti. Saya tidak menyatakan ada pola yang berlanjut seperti itu terus. Ini menarik untuk diteliti," kata dia.
Terlepas dari itu, Daryono mengimbau agar semua orang mewaspadai gempa bumi setiap saat, bukan hanya di awal atau akhir tahun saja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.