Waktu itu, HIV hanya dianggap sebagai penyakit kelompok yang distigmatisasi oleh media, seperti pria gay, biseksual, dan pengguna narkoba suntik.
Inisiasi ini lalu dilirik oleh Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS) pada 1996.
Peringatan ini lalu diambil alih dan diperluas skalanya dengan kampanye pencegahan dan pendidikan sepanjang tahun.
Gerakan ini kemudian berkembang menjadi organisasi nirlaba yang bernama World AIDS Campaign, didaftarkan tahun 2004 dan berbasis di Belanda.
Baca juga: Diperingati Setiap 1 Desember, Ini Sejarah Hari AIDS Sedunia
Ketua Panli HIV/AIDS PIMS Samsuridjal Djauzi mengatakan, kasus HIV pertama di Indonesia teridentifikasi pada 1986.
Waktu itu, ada laporan kasus seorang perempuan Indonesia di sebuah rumah sakit yang menderita HIV. Kemudian pada 1987 di Bali, terdapat seorang wisatawan asal Belanda yang meninggal karena HIV.
"Dari situlah mulai kasus meningkat, dan biasanya adalah pasien datang dalam keadaan sakit berat, sudah dalam infeksi oportunistik entah itu TB, infeksi otak, entah penyakit lain, kemudian diperiksa HIV dan diketahui positif," ucapnya, dikutip dari laman Kemenkes (27/11/2019).
Baca juga: Hari AIDS Sedunia 2020: Mengenal ARV, Obat untuk Pengidap HIV/AIDS
Kasus HIV/AIDS imbuhnya menurun setelah adanya ARV (Antiretroviral) di Indonesia.
ARV pertama kali ada pada 1997 dan pemerintah mulai menyediakan obat ARV secara cuman-cuma pada akhir 2014.
ARV diketahui merupakan obat yang ampuh menekan virus HIV/AIDS dalam tubuh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Baca juga: Mengenal ARV, Obat yang Dapat Turunkan Kematian pada ODHA
Sementara itu, dikutip dari Kementerian Kesehatan, tema nasional yang diambil dalam peringatan Hari AIDS kali ini yakni "Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS".
Tema ini mengajak semua masyarakat untuk mengulurkan tangan, bergerak bersama, sebagai kekuatan terbesar untuk mengakhiri AIDS di Indonesia.
Caranya, dengan mengusung kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.