Ne artinya akar dan Yama berarti gunung. Terowongan Niyama membuat para petani terbebas banjir.
Terowongan ini terus bekerja dengan baik hingga saat Jepang hengkang dari Indonesia.
Pada 1955, terowongan sempat mengalami kerusakan karena banjir bandang.
Baca juga: Banjir Bandang di Tengah Musim Kemarau, Mengapa Bisa Terjadi?
Empat tahun kemudian terowongan dibangun kembali sebagai bagian dari Proyek Pembangunan Umum Sungai Brantas dengan biaya sebesar 1.972.000 dollar Amerika.
Saat itu proyek dibangun oleh dua perusahaan konstruksi Jepang, Nippon Koei dan Kashima Kensetsu, yang kemudian selesai pada April 1961.
Pada masa Pemerintahan Orde Baru Pembangunan Niyama II kembali dilakukan karena saat itu terowongan Niyama dianggap belum cukup menangani banjir Tulungagung.
Adapun Niyama II kemudian diresmikan pada 1986.
Kini Niyama menjadi obyek wisata karena pemandangan dan terowongan drainase besar yang melintasi gunung.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Bencana Banjir Bandang Wasior, Papua Barat, 150 Orang Meninggal Dunia