Dikutip dari News Medical, Selasa (23/8/2022), dalam laporan medis rumah sakit, pria itu menyebutkan menderita sifilis pada 2019.
Pada 2021, dia dites infeksi HIV, tetapi laporannya negatif. Dia juga menyebutkan dirawat dengan carbamazepine karena gangguan bipolar.
Ia didiagnosis Covid-19 pada Januari 2022. Terkait vaksinasi, ia melaporkan menerima dua dosis vaksin mRNA Covid-19 (Pfizer) pada Desember 2021.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan bintik-bintik dan lesi kulit di berbagai bagian tubuh, termasuk daerah perianal.
Pembesaran sederhana dari hati dan limpa dan pembesaran kelenjar getah bening yang menyakitkan pun terlihat.
Pemeriksaan biokimia menunjukkan peningkatan protein C-reaktif (CRP) dan kadar fibrinogen dan waktu protrombin yang tinggi. Rontgen dada mengungkapkan hipodiafani parenkim.
Spesimen biologis dikumpulkan dari lesi kulit dan saluran pernapasannya dan dilakukan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR).
Laporan tersebut mengkonfirmasi adanya infeksi monkeypox. Ia juga dinyatakan positif HIV. Urutan genom SARS-CoV-2 mengkonfirmasi bahwa ia terinfeksi dengan sub-varian omicron BA.5.1.
Hasil tes HIV menunjukkan viral load yang tinggi (234.000 kopi/mL) dan jumlah CD4 yang diawetkan, bersama dengan tes negatif kurang dari setahun yang lalu, menunjukkan bahwa pria itu baru saja terinfeksi HIV.
Hasilnya dia dirawat dengan 500 mg sotrovimab intravena.
Pada hari kelima pasca masuk rumah sakit, hampir semua gejala sembuh, meskipun ia tetap positif SARS-CoV-2 dan virus cacar monyet.
Meski begitu, pada tubuh pasien masih tersisa bekas luka kecil akibat dari gejala cacar monyet.
Namun, dia keluar dari rumah sakit dan disarankan untuk mengisolasi dirinya di rumah.
Setelah delapan hari setelah keluar, ia mengunjungi rumah sakit untuk melakukan tes baru untuk infeksi cacar monyet, yang menghasilkan hasil positif virus.
Pengobatan untuk infeksi HIV-nya dimulai dengan kombinasi rangkap tiga dolutegravir, abacavir, dan lamivudine.