KOMPAS.com - Isu kenaikan harga mi instan baru-baru ini ramai diperbincangkan di Tanah Air.
Isu itu muncul bukan tanpa alasan, pasalnya gandum yang menjadi salah satu bahan baku mi instan mengalami kenaikan harga di pasar global.
Kenaikan tersebut lantaran perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, di mana Ukraina merupakan salah satu negara eksportir gandum untuk Indonesia.
Baca juga: Kenapa Mi Instan Bikin Kita Kecanduan?
Terkait hal tersebut, banyak pihak yang melontarkan pandangannya. Ada yang membenarkan bahwa harga gandum akan naik dan berdampak pada harga jual mi instan.
Namun, tak sedikit juga yang melihat hal sebaliknya, yakni, harga gandum sudah terkendali dan tidak ada ancaman harga mi instan naik hingga 3 kali lipat.
Salah satunya disampaikan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas.
Baca juga: Mi Instan Bisa Jadi Makanan Sehat, Begini Cara Masaknya
Alasan mengapa Zulhas menyampaikan hal ini, karena keberhasilan panen di sejumlah negara penghasil gandum.
"Enggak (naik 3 kali lipat), mudah-mudahan nanti kan (harga akan stabil), ini sudah (melimpah suplai gandum di Indonesia)," kata Zulhas dikutip dari Kompas.com, Rabu (10/8/2022).
Melimpahnya suplai gandum di Indonesia itu akibat keberhasilan panen sejumlah negara penghasil gandum yang menjadi negara asal impor gandum Indonesia.
"Dulu kan gagal panennya seperti Australia, Kanada, Amerika ya, sekarang panennya sukses. Apalagi sekarang Ukraina sudah boleh jual (gandum)," katanya lagi.
Bahkan Zulhas memprediksi harga gandum secara global akan turun pada September 2022.
"Mungkin September (2022) trend-nya akan turun, karena Ukraina sekarang sudah mulai jual, Amerika sekarang sukses (berhasil panen),” papar dia.
Baca juga: Larangan Ekspor Gandum India, Harga Mi Instan hingga Telur Berpotensi Naik
Hal senada juga diutarakan oleh Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Franciscus Welirang.
Ia membantah kabar harga mi instan akan naik 3 kali lipat akibat efek domino perang Rusia-Ukraina.
Menurutnya, bahan baku pembuatan mi instan tidak hanya terdiri dari komponen tepung terigu saja.
Oleh karenanya, pihaknya mengatakan kenaikan harga gandum tidak akan membuat harga mi instan naik 3 kali lipat.
"Mi instan itu kan bukan hanya terigu, komponen terigunya juga tidak besar-besar amat," ujarnya, dikutip dari Kompas.com Rabu (10/8/2022).
Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Makan Mi Instan? Ini Penjelasan Ahli Gizi
Baca juga: Mengenal Apa Itu Bipang Ambawang dan 4 Makanan Khas Daerah yang Direkomendasikan Jokowi
Ia mencontohkan kenaikan harga sejumlah komoditas yang tidak berpengaruh pada harga jual mi instan produksinya.
"Coba cabai kemarin naik tinggi, emang harga mi ikut naik? Padahal kan ada cabai dalam proses pembuatannya. Terus pas harga minyak goreng naik, mi emang naik kan tidak. Jadi memang enggak begitu berdampaklah," kata dia.
Sebagai Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Franciscus menyebut sejauh ini belum ada anggota organisasi itu yang mengeluhkan tersendatnya distribusi gandum.
"Masih aman-aman saja, masih lancar. Belum ada keluhan tuh sampai sekarang," kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, Ukraina menjadi negara importir gandum terbesar Indonesia, yakni sebesar 2,9 juta ton.
Di bawahnya adalah Argentina dengan 2,6 juta ton dan Kanada dengan 2,3 ton.
Sementara total impor gandum Indonesia di tahun itu adalah 10,3 juta ton.
Baca juga: Mengapa Perang Rusia-Ukraina Bisa Memicu Kenaikan Harga Mi Instan?
Infografik: Sejarah
(Sumber: Kompas.com/Elsa Catriana | Editor: Yoga Sukmana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.