KOMPAS.com - Hari ini 77 tahun lalu, tepatnya 9 Agustus 1945, Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan bom atom di Nagasaki, Jepang.
Serangan bom atom di Nagasaki terjadi tiga hari setelah bom di Hiroshima, Jepang.
Dilansir dari Kompas.com, Hiroshima dan Nagasaki merupakan dua kota penting bagi militer Jepang.
Hiroshima adalah markas militer Jepang, sehingga dinilai tepat menjadi target utama untuk melemahkan negara ini.
Sementara Nagasaki, sebenarnya bukan target awal pengeboman. Kota ini menjadi alternatif dari Kyoto, setelah pidato Presiden AS Harry S Truman pada 25 Juli 1945.
Kala itu, Nagasaki menjadi pangkalan militer angkatan laut dan selam Jepang yang cukup kuat.
Hingga pada 9 Agustus 1945, kota ini pun dijatuhi bom atom plutonium yang disebut "Fat Man".
Baca juga: Alami Ledakan Nuklir, Kenapa Hiroshima-Nagasaki Bisa Dihuni, tapi Chernobyl Tidak?
Melihat kekalahan Jerman oleh pasukan sekutu, Jepang tetap berjuang mempertahankan wilayah Pasifik.
Dilansir dari History, kondisi terjepit membuat pasukan Jepang lebih mematikan dan berhasil menumpas pasukan sekutu.
Melalui Deklarasi Postdam, sekutu memperingatkan dan mengancam Jepang untuk menyerah atau menghadapi kehancuran yang cepat dan besar.
Jepang memilih mengabaikan ultimatum itu, sehingga AS menjatuhkan bom atom "Little Boy" di Hiroshima.
Sayangnya, kehancuran Hiroshima tak membuat militer Jepang menyerah. AS pun kembali menjatuhkan bom kedua di Kota Nagasaki.
"Fat Man" diangkut oleh pesawat B-29 bernama Bockscar di bawah komando Mayor Charles W Sweeney.
Bom berbasis plutonium seberat 10.000 pon itu lepas landas dari Pulau Tinian, Kepulauan Mariana menuju Kota Kokura, tempat persenjataan Jepang.
Kokura menjadi targaet pengeboman mengganti Kyoto. Akan tetapi, kondisi wilayah Kokura yang tertutup awan membuat Bockscar berganti arah menuju target kedua yakni Nagasaki.
"Fat Man" meluncur dari ketinggian 1.650 kaki di atas Kota Nagasaki pada pukul 11.02.
Bom atom ini menghasilkan daya ledak setara dengan 22.000 ton TNT, lebih besar dari daya ledak "Little Boy" di Hiroshima yang setara 15.000 ton TNT.
Akibatnya, sekitar 60.000 hingga 80.000 penduduk meninggal dunia. Jumlah tersebut merupakan setengah dari penduduk Nagasaki.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Bom Atom Hiroshima 6 Agustus 1945, 140.000 Tewas
Kehancuran dua kota penting miliknya membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Pada 15 Agustus 1945 siang, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang melalui siaran radio.
Kabar menyerahnya Jepang menyebar dengan cepat dengan berita utama "Victory in Japan" atau "V-J Day" yang pecah di seluruh wilayah AS dan sekutu.
Adapun secara resmi, menyerahnya Jepang tertuang dalam perjanjian yang ditandatangani pada 2 September 1945 di atas kapal perang AS yang berlabung di Teluk Tokyo.
Peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki mencetak sejarah kelam.
Berbagai dampak ledakan, seperti komplikasi dari paparan radiasi, telah memakan ribuan nyawa yang tak teridentifikasi lagi.
Nagasaki adalah pelabuhan tertua kedua Jepang yang dibuka untuk perdagangan luar negeri.
Dikutip dari Kompas.com, Nagasaki menjadi pelabuhan perdagangan utama pada 1850.
Bahkan pada awal abad ke-20, kota ini menjadi pusat pembuatan kapal utama. Ini juga yang membuat Nagasaki menjadi target pengeboman pasukan AS pada Perang Dunia II.
Setelah sebagian besar hancur akibat bom atom, Nagasaki dibangun kembali secara signifikan dan menjadi kota industri.
Bersama Hiroshima, Nagasaki juga menjadi pusat perdamaian bagi gerakan pelarangan senjata nuklir.
Di bawah titik peledakan bom, di Urakami-gawa, dibangun Peace Park sebagai lambang peringatan bagi bangsa Jepang dan seluruh pengunjung akan bahaya dan penderitaan akibat bom atom.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.