Setelah itu, Ramos sempat menduduki sejumlah jabatan strategis, seperti wakil kepala staf angkatan bersenjata pada 1981 dan kepala staf angkatan bersenjata menjelang akhir pemerintahan Marcos.
Ramos menang tipis dalam pemilihan presiden pada 1992 dengan kurang dari seperempat suara.
Hal itu merupakan pluralitas terendah dalam sejarah pemilihan Filipina hingga pemilihan presiden 2022.
Atas kemenangan itu, Ramos menggantikan pemimpin "People Power" Corazon Aquino yang menggulingkan Marcos.
Ramos menjadi presiden Protestan pertama di negara dengan mayoritas Katolik itu.
Selama masa pemerintahannya, ia berhasil membuka ekonomi negara untuk investasi asing melalui kebijakan deregulasi dan liberalisasi.
Ramos membubarkan monopoli di sektor transportasi dan komunikasi. Melalui kekuatan khusus yang diberikan oleh kongres, ia juga memulihkan sektor listrik dan mengakhiri pemadaman listrik selama 12 jam yang melemahkan negara itu.
Enam tahun menjabat sebagai presiden, ekonomi Filipina melonjak dan tingkat kemiskinan turun dari 39% menjadi 31%.
Baca juga: Filipina Diguncang Gempa M 7.0, Apakah Berdampak ke Indonesia?
Bagi sebagian masyarakat di Filipina, Ramos dianggap sebagai pahlawan lantaran membelot dari pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos yang otoriter.
Saat itu, pada 1986 Ramos memimpin Kepolisian Nasional Filipina yang ikut mendorong kejatuhan Marcos selama masa pemberontakan rakyat melawan kekuasaan sang diktator.
Akan tetapi, tak sedikit juga rakyat Filipina yang enggan memaafkan dan melupakan perannya dalam menegakkan darurat militer di bawah rezim Marcos.
Menurut Presiden Filipina saat ini, Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, Ramos meninggalkan warisan perjuangan yang akan selalu dihargai dan diabadikan di hati bangsa Filipina.
"Dia meninggalkan warisan yang penuh warna dan tempat yang aman dalam sejarah untuk partisipasinya dalam perubahan besar negara kita, baik sebagai perwira militer maupun kepala eksekutif," tutur Ferdinand, dikutip dari Reuters.
"Warisan kepresidenannya akan selalu dihargai dan akan selamanya diabadikan di hati bangsa kita yang bersyukur," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.