Hal berdasarkan kondisi di Afrika Selatan, tempat varian itu ditemukan pertama kali.
"Diperkirakan, bila mengikuti pola Afsel, puncak kasus di Indonesia akan tercapai di Minggu 2 sampai Minggu 3, Juli 2022," kata Budi dalam keterangannya, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Omicron BA.4 dan BA.5 Terkonfirmasi di Indonesia, Berbahayakah?
Menurutnya, subvarian BA.4 dan BA.5 telah menyebabkan kenaikan kasus di banyak negara, termasuk Indonesia.
Mengacu kasus di Afsel, Budi menyebut puncak BA.4 dan BA.5 akan berada pada kisaran 30 persen dari puncak Omicron.
Jika puncak Omicron di Indonesia mencapai 58.000 kasus, maka estimasi puncak BA.4 dan BA.5 sekitar 17.400 kasus.
Baca juga: Benarkah Indonesia Sudah Endemi Covid-19 secara De Facto?
Singapura melaporkan 11.504 kasus baru Covid-19 pada Selasa, 10.732 di antaranya kasus lokal dan 772 kasus impor.
Ini merupakan angka kasus Covid-19 tertinggi di Singapura dalam 3 bulan terakhir, dikutip dari Channel News Asia.
Terakhir kali Singapura melaporkan lebih banyak infeksi harian pada 22 Maret 2022, ketika 13.166 kasus baru Covid-19 dilaporkan.
Baca juga: Krisis Energi di Singapura dan Kaitannya dengan Indonesia
Sebanyak 437 pasien dirawat di rumah sakit, menurut statistik infeksi terbaru di situs web Kementerian Kesehatan (MOH). Dari jumlah itu, 36 di antaranya membutuhkan oksigen.
Pada Senin (27/6/2022), Kemenkes mengatakan sekitar 45 persen kasus Covid-19 di masyarakat dalam seminggu terakhir adalah subvarian BA.4 dan BA.5, naik dari 30 persen pada pekan sebelumnya.
Subvarian BA.5 sendiri diperkirakan berkontribusi pada 40 persen dari semua kasus Covid-19 dalam seminggu terakhir.
Namun, data internasional dan lokal menunjukkan bahwa dua subvarian tidak menghasilkan hasil yang lebih parah dibandingkan dengan strain Omicron sebelumnya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Flu Singapura, dari Penyebab, Penularan hingga Pengobatannya