Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Kota di Indonesia dengan Kualitas Udara Terburuk

Kompas.com - 17/06/2022, 17:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Secara keseluruhan, rata-rata PM2.5 di Indonesia sebesar 34,3 µg/m³, dengan DKI Jakarta sebagai kota rata-rata kualitas udara terburuk selama 2021.

Rata-rata PM2.5 di Jakarta selama satu tahun mencapai 39,2 µg/m³. Rata-rata ini 7 kali lebih besar dari standar yang ditetapkan WHO.

Berikut 6 kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia sepanjang 2021 disertai rata-rata PM2.5:

  1. Jakarta, DKI Jakarta (39,2 µg/m³)
  2. Surabaya, Jawa Timur (34,8 µg/m³)
  3. Bandung, Jawa Barat (33,4 µg/m³)
  4. Semarang, Jawa Tengah (28,6 µg/m³)
  5. Palembang, Sumatera Selatan (26 µg/m³)
  6. Makassar, Sulawesi Selatan (13,5 µg/m³)

Sedikit berbeda, situs IQAir menampilkan urutan yang tak sama pada Jumat (17/6/2022) siang.

Hari ini, kota dengan kualitas udara terburuk di indonesia diduduki oleh Pasar Kemis, Tangerang, Banten dengan indeks mencapai 164 AQI US.

Angka ini mengantarkan Pasar Kemis ke dalam kategori "Tidak Sehat" dengan PM2.5 sebesar 81.2µg/m³ atau 16,2 kali di atas standar WHO.

Berikut kota dengan kualitas udara terburuk per Jumat siang:

  1. Pasar Kemis, Banten (164 AQI US)
  2. Depok, Jawa Barat (163 AQI US)
  3. Bekasi, Jawa Barat (157 AQI US)
  4. Cileungsir, Jawa Barat (155 AQI US)
  5. Serang, Banten (127 AQI US)
  6. Jakarta, DKI Jakarta (123 AQI US)
  7. Duri, Riau (117 AQI US)
  8. Bandar Lampung, Lampung (102 AQI US)
  9. Malang, Jawa Timur (87 AQI US)
  10. Yogyakarta, DI Yogyakarta (85 AQI US)

Baca juga: 10 Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia, Mana Saja?

Penyebab kualitas udara buruk di Indonesia

Dikutip dari Kompas.com (9/4/2022), kualitas udara buruk di Indonesia merupakan fenomena yang relatif baru.

Pasalnya, sebelum 2013, perkiraan konsentrasi rata-rata PM2.5 tetap di bawah angka 15 µg/m³.

Konsentrasi PM2.5 meningkat secara drastis pada 2016, dengan tingkat puncaknya pada 2019 dengan angka 51,7 µg/m³.

Pada 1999, pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan pengaturan kualitas udara yang menetapkan standar kualitas udara awal dan batas emisi untuk kendaraan bermotor, serta sumber industri.

Namun, kebijakan peraturan yang ada sekarang sudah ketinggalan zaman dan tidak memadai untuk melindungi kesehatan masyarakat di kota-kota utama Indonesia.

Baca juga: 10 Kota Paling Berbahaya di Dunia, Ada di Mana Saja?

Adapun, hal yang masih menjadi sorotan dalam laporan kualitas udara di indonesia adalah pembakaran hutan terbuka.

Sebagian besar hutan di Indonesia telah dibuka dengan pembakaran terbuka untuk digantikan dengan tanaman komersial seperti sawit.

Penebangan terus-menerus ini dapat menyebabkan lahan kering dan mudah terbakar.

Akibatnya, beberapa wilayah indonesia kerap mengalami kebakaran hutan yang berdampak ke daerah lain di sekitarnya.

Tercatat, Provinsi Riau menjadi daerah yang paling banyak mengalami kebakaran hutan di Indonesia, dengan 60 persen dari total negara.

Ini berisiko membawa masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, serta membawa masalah ke dalam berbagai sektor termasuk ekonomi, sosial, dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com