Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

Otak Smartphone dan Virtual Insanity

Kompas.com - 10/06/2022, 11:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lebih parah lagi, akibat lain yang bisa kita lihat adalah, jari-jari lebih cepat bergerak dibandingkan dengan kecepatan otak memproses informasi.

Polemik tentang kenaikan harga di Borobudur bak bola salju di atas gunung, yang turun bergerak cepat dan ukurannya menjadi semakin besar.

Baiklah, sekarang saya ingin berbicara tentang hal kedua pada buku yang sama, yaitu menurunnya tingkat kepuasan hidup manusia.

Kita tidak memungkiri bahwa aplikasi SNS di smartphone banyak digunakan orang untuk pamer.

Entah itu pamer kekayaan, pengalaman (misalnya pengalaman mencicipi makanan mahal atau menginap di hotel mewah), kemampuan (contohnya bisa memperoleh uang banyak dengan cara mudah) dan sebagainya.

Kalau orang sering membaca atau melihat hal-hal seperti itu, kemudian dia membandingkan dengan keadaannya saat ini, tentu lama-kelamaan dapat timbul rasa tidak puas.

Rasa tidak puas ini kalau terjadi terus-menerus, maka bisa saja mengakibatkan orang itu menjadi gampang tersinggung. Kalau sudah begini, maka orang mudah untuk lepas kendali dan menjadi liar.

Mungkin saya tidak perlu memberi contoh karena kita tahu banyak orang-orang (banyak di sini mungkin masih bisa diperdebatkan ukurannya) yang berkomentar negatif, lebih kasarnya menghina orang lain. Bahkan ada cacian dialamatkan ke pemimpin tertinggi negara!

Orang-orang seperti ini sudah pasti mempunyai tingkat kepuasan hidup yang kurang. Entah kepuasan dalam hal materi, ataupun non materi, misalnya, kedudukannya dalam masyarakat, maupun dalam kehidupannya bernegara.

Saya jadi ingat lagu "Virtual Insanity" yang dinyanyikan oleh Jamiroquai. Lagu dirilis lebih dari 20 tahun silam, namun liriknya saya kira bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari sekarang. Lagu ini seperti meramalkan kejadian di masa depan.

Ketika teknologi diciptakan untuk membuat manusia bahagia, tetapi hal sebaliknya terjadi. Teknologi seperti menjadikan manusia menjadi makhluk "lain".

Orang yang tampaknya biasa-biasa saja (tidak ada kelainan), namun di dunia virtual dia bisa menjadi manusia lain sama sekali. Dia dapat menjadi garang dan menggebu-gebu ketika bermain (aplikasi SNS) di smartphone.

Dunia virtual itu sebenarnya "sunyi", seperti ruangan bawah tanah karena hampir tidak ada bunyi yang bisa dihasilkan seperti di dunia nyata.

Dalam kesunyian ini rupanya manusia lebih nyaman untuk melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan di dunia nyata.

Banyak orang menjadi "gila" di dunia virtual karena dia pikir di situ aman.

Apakah karena sering bermain smartphone, menjadikan orang tidak paham batas antara dunia nyata dan virtual?

Sehingga dia merasa bebas melakukan apa saja ketika sedang bermain smartphone (berada di dunia virtual)?

Entahlah. Saya tidak tahu jawabannya. Mungkin kita bisa bertanya pada rumput yang bergoyang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com