HAI, apa kabarmu?
Semoga kabarmu baik karena kondisi kesehatan yang terjaga.
Mulai normalnya aktivitas harian karena pandemi makin terkendali, semoga juga menambah baiknya kabar.
Kita masih ingat bagaimana kita merindukan semua ini kembali normal ketika pandemi mendera lebih dari dua tahun.
Syukur atas situasi yang membaik dan menjadi kabar baik ini.
Kemampuan kita bersama mengendalikan pandemi dengan berbagai upaya seperti disiplin dengan protokol kesehatan dan menerima vaksin berkali-kali membuahkan hasil.
Bersamaan dengan kabar baik ini, kita juga mendapati sejumlah kabar baik seminggu terakhir.
Kabar baik pertama datang dari Surabaya, Jawa Timur.
Kabar baik itu mewujud dalam diri Gudianto Huang (57), sopir taksi Blue Bird di Kota Surabaya, Sabtu (21/5/2022).
Apa yang dilaukan Gudianto sangat sederhana tapi sangat relevan untuk pengguna jasanya.
Karena sangat relevan, kesederhanaan itu ditangkap sebagai yang luar biasa dan menjadi kabar baik di mana-mana. Viral istilahnya.
Empat tahun menjadi sopir taksi yang beroperasi sejak pukul 07.00-22.00, Gudianto paham betul keluhan dan kebutuhan pelanggannya.
Riset kecil-kecilan dilakukannya. Rasa mual dan gabut dalam perjalanan adalah hal yang kerap ditemukan dan dikeluhan pelanggan. Gudianto hendak memecahkan.
Dari pendapatan harian sekitar Rp 400.000 yang dipotong setoran sekitar Rp 200.000, Gudianto menyisihkan untuk membeli obat-obatan dan berbagai jenis makanan ringan dan minuman.
Sekilas, jika melihat baris kedua taksinya, kita seperti mendapati starling (starbuck keliling). Penuh jajanan.
Gudianto ingin membahagiakan pengguna jasa yang telah membayarnya.
Dari kebahagiaan itu, ia berharap pengguna jasanya suka dan menjadi pelanggan setia.
Karenanya, Gudianto mencantumkan nomor telepon di belakang tempat duduknya.
Ia ingin nomornya dicatat pelanggan yang menyukai jasanya dan ingin menggunakan kembali jasanya.
Alhasil, apa yang dilakukan Gudianto disukai para pelanggannya. Apa yang ditawarkan, pas dengan kebutuhan pelangganya.
Atas inisiatif Gudianto menyediakan obat-obatan, makanan ringan, dan minuman ini, tak jarang penumpang memberi tip.
Tip diterima Gudianto untuk dikembalikan ke pelanggan dengan mengisi obat-obatan, makanan, dan minuman yang berkurang.
Kesukaan pelanggan ini kemudian meluas dikabarkan lewat media sosial secara alamiah.
Meskipun lantas terkenal, Gudianto tidak berubah dengan layanannya.
Karena pendapatannya naik sekitar 50 persen karena keterkenalan ini, ia berhenti beroperasi lebih awal yaitu pukul 18.00.
Gudianto ingin memberi kesempatan bagai sopir lain mendapatkan rejeki saat dirinya tidak beroperasi.
Kabar gembira kedua datang dari Jakarta. Persisnya dari kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Kabar itu datang dari Maudy Ayunda (27), Minggu (22/5/2022).
Lewat akun instagram, Maudy mengunggah foto bersama seorang pria dengan caption, "Forever with my best friend".
Di hari Minggu itu, Maudy melangsungkan pernikahan dengan Jesse Choi, pria Korea Selatan berstatus warga negara Amerika Serikat dengan mahar 22.522 dollar AS (sesuai tanggal pernikahan).
Baca juga: Unggah Wajah Suami, Maudy Ayunda Ucapkan Terima Kasih
Atas kabar baik ini, saya dan seorang teman di kantor saling memandang.
Jika kabar baik pernikahan Raisa dan Hamish Daud pada 3 September 2017 yang menggemparkan ditandai dengan "Hari Patah Hati Nasional", lalu apa tanda untuk kegemparan pernikahan Maudy dan Jesse Choi ini?
Melihat sosok keduanya, terlintas di benak saya untuk menandai pernikahan Maudy dan Jesse Choi pada 22 Mei 2022 ini sebagai "Hari Insecure Nasional".
Teman saya yang baru saja bergabung ke Kompas.com dan belum genap berusia 30 tahun itu tertegun sejenak.
Sejurus kemudian, ia tertawa terbawak-bahak karena tampaknya kena dengan tanda yang saya lekatkan.
Maudy dan Jesse bertemu di Graduate School of Business (GSB) di Stanford University, San Fransisco, AS.
Kami masih ingat kegemparan karena kegalauan Maudy saat hendak memilih kuliah S2 di Harvard atau Stanford.
Kegalauan soal pilihan kampus untuk S2 dikemukakan Maudy, lulusan Oxord University dengan predikat Cum Laude.
Jesse adalah lulusan S1 Columbia University dengan predikat Magna Cum Laude.
Ia melanjutkan S2 di Stanford University, tempatnya bertemu Maudy untuk pertama kali.
Sempat berkerja di banyak tempat, Jesse saat ini pengusaha dan investor untuk sejumlah inisiatif dan inovasi.
Sambil mencerna ini bersama teman kantor yang masih tertawa untuk istilah "Hari Insecure Nasional", sebuah postingan di media sosial dari teman lain menghampiri saya.
Postingan itu mengutip postingan soal fenomena Maudy dan orangtua yang senang memanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain.
Di postingan itu, dia mengatakan, salah satu alasannya tinggal di Ciputat, adalah tidak ingin tertekan dengan semangat jaman memanding-bandingkan.
Saya yang pernah tinggal di Ciledug, terkekeh dan mendapat pembenaran.
Sudahi membanding-bandingkan. Begitu hal yang bisa dipetik sebagai pelajaran.
Tiap orang punya tujuan, jalan, dan rute berbeda dalam menempuh perjalanan untuk tercapainya tujuan.
Baca juga: Sambut Jesse Choi, Adik Maudy Ayunda: Welcome to The Family, Oppa
Lagipula, tiap-tiap dari kita itu unik juga. Kata-kata ini bisa dipakai untuk meredakan tekanan di "Hari Insecure Nasional".
Ada benarnya, ada buaiannya juga dalam kata-kata itu.
Keduanya baik untuk kenyamanan di tengah ketidakamanan karena semangat jaman yang senang membanding-bandingkan.
Selamat menempuh hidup baru,
Wisnu Nugroho