Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dian Gemiano
CMO KG Media

Chief Marketing Officer KG Media | Chairman Indonesian Digital Association

Biasa disapa Gemi, seorang Marketing Strategy Enthusiast dengan pengalaman lebih dari 17 tahun di dunia advertising, branding, dan marketing. Pernah bekerja di agency periklanan sebagai Strategy & Innovation Director, pernah juga bekerja di perusahaan financial sebagai Head of Digital Marketing sebelum akhirnya berlabuh di KG Media. Menyukai kreativitas, sejarah, filosofi, behavioral psychology dan arloji-arloji tua. Sering juga diberi tugas memasak sarapan oleh istri dan anak tercinta.

Perang Iklan Media Digital dan Media Tradisional, Masihkah Relevan?

Kompas.com - 06/05/2022, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saya sendiri sebagai profesional dalam bidang pemasaran dan periklanan selalu mengingatkan diri sendiri bahwa pada hakikatnya, beriklan adalah usaha-usaha sebuah brand untuk berkomunikasi lewat pesan-pesan persuasif dengan manusia.

Manusia itu sendiri adalah mahluk dengan indera kompleks yang seluruhnya tersambung dengan bagian otak yang mengontrol emosi atau rasa sehingga pesan-pesan dalam sebuah iklan selayaknya mampu memicu perasaan-perasaan positif untuk menciptakan keinginan audience berinteraksi lebih dalam dan pada akhirnya menggunakan produk yang diiklankan.

Manusia juga bukan mahluk linear yang hanya hidup dalam dunia digital dan terlepas dari lingkungan fisik sekitar. Indera-indera kita juga dirancang untuk merespons sensasi-sensasi fisik yang membentuk sebuah pengalaman utuh yang tersimpan dengan baik dalam memori.

Jika saya minta Anda untuk mengingat iklan apa saja yang Anda lihat hari ini di internet, saya yakin sedikit sekali yang akan diingat, bahkan kemungkinan besar Anda tidak akan ingat pesan apa yang ada di iklan-iklan tersebut. Tapi jika saya tanya iklan apa saja yang Anda paling suka, maka saya yakin Anda akan menyebutkan beberapa iklan yang menurut Anda lucu, menyentuh atau keren!

Baca juga: Iklan Digital Tetap Tumbuh Selama Pandemi, Bahkan Pecahkan Rekor 20 Tahun

Sudah waktunya kita menimbang kembali pengukuran iklan digital yang terlalu linear dan semakin banal mulai dari impressions - clicks - product visit – purchase untuk melihat kembali dampak iklan yang lebih utuh, lebih multi-senses dan lebih relevan secara emosional karena studi neuroscience membuktikan bahwa semua keputusan yang diambil manusia dipengaruhi oleh bagian otak kita yang mengontrol emosi.

Sebagai catatan akhir, tulisan ini dibuat bukan untuk “melawan” perkembangan periklanan digital, namun sebagai pengingat bersama bahwa iklan digital hanyalah bagian dari usaha-usaha beriklan untuk menciptakan pengalaman positif yang utuh tentang sebuah produk atau brand bagi konsumen sehingga terbangun hubungan brand - konsumen yang positif dan sustainable.

Iklan digital adalah elemen yang sangat penting dan signifikan jika bergandengan harmonis dengan berbagai platform media lain yang memiliki nilai dan keunikan sendiri-sendiri. Saya sangat berharap bahwa topik diskusi yang saya lempar di acara STREAM Indonesia tahun 2013 tentang Digital Specialist Killed Digital tidak akan pernah terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com