Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Sejarah Perbedaan Standar Kecantikan Dunia dan Faktornya

Kompas.com - 23/03/2022, 17:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penulis: Nika Halida Hashina dan Ristiani D. Putri

KOMPAS.com - Saat ini, standar kecantikan di masyarakat terus berkembang. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari berubahnya tren fashion dan gaya make up.

Dalam perkembangan tren kecantikan, budaya memainkan peran besar dalam ide-ide manusia untuk terus menciptakan keindahan. Seperti salah satu negara yang menjadi poros tren kecantikan dunia saat ini, yaitu Korea Selatan.

Industri hiburan dinilai berhasil menyebarkan tren kecantikan dari Korea Selatan secara cepat dalam skala global. Produk-produk kecantikan dari negara gingseng itu pun kian laris didistribusikan ke seluruh penjuru dunia.

Dalam Kompas, Na Sung Min, Strategic Marketing Leader PT Cosmax Indonesia, mengatakan bahwa alasan kesuksesan K-Beauty antara lain keterjangkauan harga produk, inspirasi dari para idola, dan kebutuhan akan produk yang ramah kulit.

Salah satu perempuan yang turut terinspirasi dan menyebarkan gaya berbusana ala Korea adalah Henny Levin. Namun, yang spesial adalah ia menciptakan konten yang dikhususkan untuk perempuan berukuran besar.

Dalam siniar Semua Bisa Cantik episode “Henny Levin: Mendobrak Standar Kecantikan dengan Penerimaan Diri”, Henny membagikan pengalamannya dari ketidakpercayaan diri atas tubuhnya hingga menjadi cantik ala diri sendiri.

Henny mengatakan ia sangat bersyukur karena orang di sekitar menerima dirinya apa adanya. “Mungkin dari (kepercayaan diri) itu juga kita harus belajar untuk menerima diri dan yang lain, mau nggak mau secara auto juga menerima diri kita. Kayak kata orang, kalo kamu nggak terima diri kamu, siapa lagi?”

Oleh karena itu, perawatan kecantikan saat ini bukan hanya dianggap sebagai pemenuh standar masyarakat, tetapi juga cara untuk lebih mencintai diri sendiri.

Baca juga: Mengapa Relasi Kuasa Bisa Menyebabkan Body Shaming?

Perkembangan Sejarah Tren Kecantikan Dunia

Tidak hanya Korea Selatan, sejak dulu, banyak negara yang memiliki tren kecantikannya masing-masing. Wanita di seluruh dunia telah bereksperimen dengan kosmetik dan alat bantu kecantikan dengan tujuan untuk menarik pasangan.

Setiap era dalam sejarah memiliki standarnya sendiri tentang apa yang dianggap indah dan tidak. Pada masa lalu, mengikuti arus tren kecantikan juga berarti menunjukkan status sosial dan keuangan.

Pada awal abad ke-19, penjelajah Eropa menganggap bahwa tato, tindikan, dan dekorasi bulu penduduk asli sebagai tampilan barbar. Namun, mereka menganggap busana mereka sendiri, seperti topi, wig, bedak, dan korset sebagai mode kelas atas.

Hal ini jelas dipengaruhi oleh budaya, yang dirangkum oleh dr. Sunaina bahwa tujuan kecantikan tiap bangsa itu berbeda-beda. Perempuan di Amerika menginginkan kulit yang awet muda.

Di Brasil, perempuan dengan rambut panjang dan kulit kecokelatan dianggap paling cantik. Selain itu, di Afrika, perempuan-perempuan bertubuh besarlah yang menjadi idaman.

Sementara itu, orang Eropa menganggap kulit putih dan mulus secara alami yang paling utama. Ketika akses teknologi meningkat, orang-orang mulai melirik budaya kecantikan satu sama lain. Akibatnya, wanita dari Timur mulai mendambakan kecantikan ideal Barat.

Berbagai Sejarah Kosmetik dan Perawatan Diri

Berbagai budaya juga telah memengaruhi ramuan kosmetik asli mereka sendiri. Misalnya, orang Mesir menggunakan batu bara bubuk untuk mempercantik mata mereka atau pacar untuk memberi warna pada bibir dan kuku mereka.

Karena setiap hari menggunakan wig, maka pisau cukur dan batu apung digunakan oleh pria dan wanita untuk membersihkan kepala mereka yang botak. Orang Mesir juga sangat menjunjung tinggi kebersihan. Mereka mandi setiap hari sehingga pemandian menjadi tempat yang populer.

Orang Ibrani dan Arab diketahui sangat konservatif dengan kosmetik. Hal ini terjadi karena ada anggapan agama bahwa menghias diri sebaiknya tidak ditunjukkan ke khalayak. Akan tetapi, penggunaan pacar, kohl, dupa, aromatik dan parfum diperbolehkan.

Orang Yunani menggunakan emolien yang berasal dari lilin lebah, air mawar, dan minyak zaitun untuk melembabkan kulit. Namun, di sana pernah ada anggapan bahwa makeup hanya digunakan oleh pelacur.

Dalam hal pengeluaran untuk kecantikan, bangsa Romawi jauh lebih boros dan eksperimental. Berbagai kosmetik digunakan untuk mempercantik kulit, rambut, tubuh dan kuku. Rambut tipis dan hiasan warna pada rambut menjadi salah satu tren yang cukup digemari.

Baca juga: Bahaya Toxic Positivity yang Harus Kamu Hindari

Pria dan wanita Afrika menggunakan alkali untuk meluruskan rambut. Padahal, cairan alkali sering membakar kulit kepala dan mata mereka. Untuk menghentikan ini, para pemimpin kulit hitam seperti Malcolm X dan Martin Luther King sering memuji saudara-saudara kulit hitam agar mereka berhenti melakukan itu.

Di Jepang terdapat praktik kecantikan ekstrem untuk mengecat wajah dan tubuh mereka menjadi putih yang dilakukan para geisha. Lilin mendidih juga digunakan untuk melapisi rambut sehingga ia mampu bertahan sepanjang malam.

Di zaman Elizabeth, wanita ingin mendapatkan penampilan pucat porselen seperti ratu. Padahal, ratu mereka menggunakan bahan-bahan pemutih kulit yang berbahaya, yaitu ceruse dan kombinasi cuka yang berpotensi mematikan dengan timbal putih.

Ini berbahaya karena bubuk timbal secara bertahap mulai menggerogoti kulit hingga meninggalkan luka.

Itulah beberapa gaya kecantikan tiap negara dari masa ke masa. Keindahan pada akhirnya hanya dapat dilihat dari mata yang melihatnya. Mengikuti tren kecantikan tidak salah, hanya saja jangan sampai lupa untuk menjadi diri sendiri.

Simak pembahasan menarik Henny dalam siniar Semua Bisa Cantik episode “Henny Levin: Mendobrak Standar Kecantikan dengan Penerimaan Diri” di Spotify.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mei Diklaim Bulan Terlama dan Bulan Saat Uang Habis-habisan, Apa Penyebabnya?

Mei Diklaim Bulan Terlama dan Bulan Saat Uang Habis-habisan, Apa Penyebabnya?

Tren
Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Tren
13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

Tren
Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Tren
Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Tren
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Tren
ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

Tren
Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com