KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru-baru ini menemukan sejumlah kopi saset atau kemasan yang mengandung bahan kimia obat sildenafil dan paracetamol.
Temuan tersebut diperoleh setelah BPOM melakukan operasi penindakan produk ilegal obat tradisional dan pangan yang mengandung bahan kimia obat.
Dalam operasi penindakan tersebut, kopi saset yang mengandung paracetamol dan sildenafil yakni Kopi Cleng, Kopi Badak, dan Kopi Jantan.
Merek kopi-kopi itu beredar di wilayah Bandung dan Bogor dengan mencantumkan izin palsu BPOM.
Baca juga: 11 Manfaat yang Bisa Didapat dari Secangkir Kopi Hitam
Apa bahaya mengonsumsi kopi yang mengandung paracetamol dan sildenafil?
Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, mengonsumsi kopi saset atau kopi kemasan yang mengandung obat kimia paracetamol dan sildenafil sangatlah berbahaya.
Penggunaan bahan kimia obat pada bahan pangan, imbuhnya berisiko pada kesehatan bahkan kematian.
"Siapa pun yang mengonsumsi ini ya kemudian gangguan-gangguan lainnya bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit kanker juga memungkinkan tentunya," ujarnya dikutip dari Kompas.com (4/3/2022).
Baca juga: BPOM Temukan Kopi Mengandung Sildenafil dan Paracetamol, Apa Bahayanya?
Peneliti Kimia Medisinal BRIN Dr Teni Ernawati menjelaskan, sildenafil adalah senyawa kimia yang berfungsi mengobati gangguan fungsi sesksual pada pria, atau dapat disebut sebagai viagra.
Sedangkan paracetamol adalah senyawa kimia acetaminophen yang masuk dalam golongan analgesik ringan.
"Paracetamol bekerja sebagai inhibitor prostaglandin lemah dengan menghambat produksi prosraglandin, sehingga dapat mengurangi rasa sakit," ujarnya melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Sabtu (5/2/2022).
Baca juga: Malah Mengantuk dan Lelah Selepas Minum Kopi? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Untuk memasukkan zat kimia dalam pangan atau obat herbal tanpa izin yang resmi menurutnya merupakan tindakan yang berbahaya.
Karena pada dasarnya senyawa kimia itu bersifat beracun atau toksik, sehingga untuk pengobatan perlu dosis tertentu agar dapat digunakan khasisatnya.
"Tidak bisa asal masuk (bahan kimia obat) ke dalam produk pangan atau herbal," terang Teni.
Baca juga: Kopi Vs Teh, Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan?
Menurut Teni, berikut ini efek samping dari Sildenafil yang sudah dilaporkan:
Baca juga: Selain Paracetamol, Ini 5 Jenis Obat Manusia yang Bisa Meracuni Kucing
Sementara itu, dikutip dari WebMD, sildenafil merupakan obat impotensi yang dipergunakan untuk mengobati masalah fungsi seksual pria atau disfungi ereksi.
Sildenafil atau yang biasa dijual dengan nama viagra, bekerja dengan meningkatkan aliran darah ke penis untuk membantu pria mendapatkan dan mempertahankan ereksi.
Namun, obat ini tidak melindungi tubuh dari risiko penyakit menular seksual, seperti HIV, hepatitis B, gonore, ataupun sifilis.
Baca juga: Mengenal Viagra Himalaya, Jamur yang Dipercaya untuk Obat Kuat hingga Antitumor
Sementara efek samping yang mungkin timbul dari konsumsi sildenafil adalah mual, diare, dan kemerahan pada kulit.
Sildenafil bisa juga menimbulkan reaksi yang lebih serius seperti kejang, denyut jantung tidak teratur, pandangan kabur atau buta mendadak, hingga kematian.
Parasetamol sendiri, dilansir dari drug.com, merupakan obat yang umum dipergunakan untuk menurunkan demam.
Baca juga: 8 Cara Alami Meredakan Mual dan Muntah Gejala Covid-19
Selain itu, paracetamol juga dipergunakan untuk mengatasi berbagai kondisi seperti nyeri otot, sakit kepala, radang sendi, sakit punggung, dan sakit gigi.
Untuk efek samping paracetamol disebutkan tidak serius.
Namun, parasetamol bisa juga menimbulkan gejala alergi serius seperti ruam, gatal, bengkak di wajah, lidah, atau tenggorokan, pusing, hingga kesulitan bernapas.
Baca juga: Daftar 5 Jenis Vaksin yang Diizinkan BPOM untuk Booster
Sementara efek fatal yang dapat ditimbulkan dari konsumsi parasetamol adalah kerusakan hati dan ginjal.
Teni menambahkan, untuk paracetamol mungkin ditambahkan untuk menghilangkan efek samping sakit kepala dari pengaruh sildenafil.
Menurutnya, setiap senyawa kimia yang digunakan seharusnya sudah melewati uji praklinis dan klinis sehingga dapat diketahui manfaat dari senyawa tersebut dan efek sampingnya.
Sedangkan untuk pangan, terkadang orang yang mengkonsumsi makanan atau minuman mengandung senyawa kimia tidak terdapat takaran tertentu, hal ini berbahaya jika penggunaannya berlebihan.
"Dan ini berbahaya, apalagi kalau penggunaanya berlebih," katanya lagi.
Baca juga: Efek Samping Sinopharm yang Resmi Jadi Regimen Vaksin Booster Covid-19
Untuk dugaan bahan kima tersebut dapat menyebabkan kanker, Teni menjelaskan bahwa perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.
Sebagai peneliti, pihaknya tidak dapat langsung memutuskan efek samping kanker kasus senyawa kimia obat tersebut jika tidak terdapat data.
"Jadi kami sebagai peneliti tidak bisa langsung mengeklaim kalau belum ada data," ujarnya.
"Secara in vitro, biasanya pada pengujian awal di lab akan mengujinya ke sel kanker dan sel normal sebagai perbandingan. Belum lagi uji coba ke model hewan," lanjutnya.
Baca juga: Mengapa Laki-laki Bisa Terkena Kanker Payudara? Ini Kata Dokter
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.