Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia? Cek gisaid.org/hcov19-variants

Kompas.com - 08/12/2021, 13:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian Omicron mulai menyebar ke banyak negara dunia setelah awalnya hanya teridentifikasi di Afrika. 

Anda dapat memantau varian yang disebut-sebut lebih menular ini melalui link berikut ini: https://www.gisaid.org/hcov19-variants/.  

Satu per satu negara telah melaporkan adanya kasus varian Omicron yang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Penjelasan Ahli soal Dugaan Omicron yang Sudah Masuk Indonesia

Data awal menunjukkan bahwa Omicron dapat memiliki transmisibilitas yang lebih tinggi dan juga kemampuan yang lebih besar untuk menghindari respon imun yang dihasilkan, baik melalui infeksi sebelumnya atau melalui vaksin.

Varian ini pertama kali terdeteksi di Botswana dan diberi kode B.1.1.529. Adapun jumlah mutasinya luar biasa tinggi, yakni 32 mutasi pada protein spike.

Menurut Kementerian Kesehatan RI varian Omicron belum masuk ke Indonesia saat ini.

Bagaimana cara memantau varian Omicron?

Kepala Lembaga Eijkman Amin Soebandrio menjelaskan yang saat ini banyak digunakan untuk memantau kasus varian virus corona adalah GISAID.

"Saat ini yang user friendly dan banyak dipakai/dirujuk adalah GISAID," ujarnya pada Kompas.com, Rabu (8/12/2021).

GISAID dilansir dari lamannya, merupakan platform yang diluncurkan pada World Health Assembly pada Mei 2008.

Senada dengan Amin, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan website yang digunakan untuk memantau varian virus corona secara global adalah GISAID.

GISAID dibuat sebagai alternatif dari model berbagi domain publik. Awalnya ini digunakan para ilmuwan untuk meningkatkan pembagian data influenza.

Baca juga: Studi: Omicron Disebut Bisa Sebabkan Penyintas Kembali Terinfeksi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

Tren
SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Tren
Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Tren
Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com